logo Kompas.id
NusantaraManis Legit Kebersamaan dalam ...
Iklan

Manis Legit Kebersamaan dalam Sebungkus Jemunak

Oleh
· 2 menit baca

Jemunak selaras dengan anjuran untuk berbuka puasa dengan yang manis. Penganan tradisional ini menawarkan rasa manis dan legit dalam setiap bungkusnya yang mampu melumpuhkan rasa lapar setelah seharian berpuasa.Makanan khas dari Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini berbahan utama singkong dan beras ketan.Singkong terlebih dahulu diparut lalu dikukus bersama ketan. Setelah itu, barulah keduanya dicampur dan ditumbuk berulang kali hingga halus menyerupai adonan padat dan liat.Adonan jemunak lantas diambil dalam takaran sendok makan lalu diberi sejumput parutan kelapa, kucuran gula merah cair, kemudian dibungkus dengan daun pisang. Barulah adonan itu siap dinikmati. Aroma harum dan manis gula seketika terhampar di udara saat bungkus daun pisang dibuka dan jemunak disantap dengan cara menyendokinya.Hanya dibutuhkan beberapa menit untuk menghabiskannya, bahkan hanya beberapa detik bagi sejumlah orang, sementara pembuatan setiap bungkusnya membutuhkan proses panjang. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat sendiri proses pembuatan makanan itu di rumah Mujilah (73). Jemunak adalah makanan khas yang hanya dibuat saat Ramadhan. Di bulan puasa itulah, sebagian besar anggota keluarga, anak, cucu, bahkan cucu menantu Mujilah "meleburkan diri", bekerja sama membuat jemunak. "Kalau sudah Ramadhan seperti sekarang, suami saya sengaja tidak memaksakan diri bekerja sebagai tukang ojek. Tante yang kebetulan bekerja di KUD juga berkesempatan pulang awal. Dengan begitu, kami bisa bersama-sama membuat jemunak," tutur Sri Widarti (27), cucu Mujilah, awal Juni lalu.Aktivitas membuat jemunak melibatkan sedikitnya lima anggota keluarga. Pekerjaan diawali dengan memotong-motong daun pisang. Biasanya dimulai pada malam hari sehabis tarawih hingga pukul 23.00 atau 24.00. Jika belum selesai, kegiatan ini dilanjutkan lagi di pagi harinya, setelah sahur.Proses berlanjut dengan memarut singkong. Anggota keluarga laki-laki yang bertugas menghaluskan singkong dan ketan. Setelah itu, kaum perempuan melanjutkan aktivitas dengan membungkus jemunak. Mujilah dengan tenaganya yang menua tetap ikut terlibat dan diberi kesempatan untuk menjalankan tugas mengukus campuran singkong-ketan. Ia juga mengantarkan jemunak ke rumah beberapa pelanggan.Kasmurah (47), anak Mujilah, mengatakan, membuat jemunak termasuk pekerjaan "besar" karena setiap hari mereka harus menyiapkan 1.000 bungkus bagi pelanggan. Dibutuhkan bahan baku 30-32 singkong (potongan besar), 8 kilogram gula merah, dan 7-8 kg beras ketan per hari.Semua kerja keras itulah yang tersaji dalam setiap bungkus jemunak. Manisnya kebersamaan dari para pembuatnya berbuah pada legitnya cita rasa jemunak yang kian nikmat disantap bersama keluarga di rumah.(REGINA RUKMORINI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000