logo Kompas.id
NusantaraEkspor dan Impor dari Bitung...
Iklan

Ekspor dan Impor dari Bitung Diizinkan

Oleh
· 3 menit baca

MANADO, KOMPAS — Kementerian Perdagangan telah mengizinkan aktivitas ekspor dan impor bagi seluruh jenis barang dari Pelabuhan Peti Kemas Bitung, Sulawesi Utara. Pengusaha langsung menyambut positif kebijakan tersebut karena dapat menghemat biaya dan waktu masuk keluar barang. Kebijakan itu juga mengukuhkan keberadaan Pelabuhan Bitung sebagai pintu gerbang Indonesia di wilayah utara republik ini. Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara Darwis Muksin di Manado, Rabu (28/6), mengatakan, kebijakan tersebut akan disosialisasikan kepada pengusaha dan sejumlah daerah supaya keberadaan Pelabuhan Bitung dapat dimaksimalkan. "Ini langkah maju bagi Pelabuhan Bitung yang selama tiga tahun ini hanya dapat mengimpor tiga jenis barang," kata Darwis. Sebelumnya, melalui keputusan Menteri Perdagangan, sejak 1 Oktober 2014, Pelabuhan Bitung hanya diizinkan mengimpor barang elektronik, makanan, dan pakaian jadi.Menurut Darwis, kebijakan baru ini menguntungkan pengusaha nasional untuk melakukan ekspansi bisnis ke negara-negara di Asia Pasifik. "Jarak Bitung dengan Korea atau Jepang sangat dekat. Dapat ditempuh dengan 3-4 hari pelayaran," ujarnya. Pengusaha Welly Tanko mengatakan, kebijakan bebas ekspor dan impor dari Bitung membuka peluang bisnis baru bagi pengusaha lokal berekspansi bisnis ke China, Hongkong, Korea Selatan, dan Jepang. Ia mengatakan, selama ini komoditas perkebunan asal Sulut harus diekspor melalui Tanjung Priok, Jakarta, atau Tanjung Perak, Surabaya."Saya dengar Filipina ingin semen dari Sulut. Masih banyak juga barang yang dapat dijual ke luar Bitung," ujar Welly. Pengamat ekonomi regional, Noldy Tuerah, mengatakan, pembebasan ekspor dan impor dari Pelabuhan Bitung adalah peluang emas bagi Sulut. Karena itu, perlu disiapkan sumber daya manusia yang terampil. Kebijakan positif bagi Bitung juga memberi peluang baru bagi Filipina yang telah membuka jalur perdagangan Indonesia-Filipina dengan kapal roll onroll off (ro-ro) yang menghubungkan Davao-General Santos dan Bitung. Operasional kapal itu kini terhenti karena terbatasnya ekspor dan impor dari Bitung.Padahal, rute baru itu kompetitif karena jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga dapat mengurangi biaya transportasi dan logistik. Pelayaran Bitung-Davao hanya butuh 1,5 hari, lebih singkat dibandingkan rute Bitung-Surabaya/Jakarta-Manila-Davao yang butuh waktu 1-2 minggu.Dari catatan Kompas, rute transportasi antarnegara untuk angkutan kargo pernah dibuka tahun 2014 oleh perusahaan pelayaran Maersk Line yang mengoperasikan jalur Bitung ke Tanjung Pelepas, Malaysia. Namun, Maersk Line menutup jalur tersebut pada pertengahan tahun 2016 karena ketiadaan muatan, terutama ikan. (ZAL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000