logo Kompas.id
NusantaraNurul Iman, Perintis Sekolah...
Iklan

Nurul Iman, Perintis Sekolah Islam

Oleh
· 2 menit baca

Lebih dari seabad Madrasah Nurul Iman tegak berdiri di pusat peradaban santri, kawasan Seberang, Kota Jambi. Sekolah agama Islam itu telah melahirkan ribuan ulama. Banyak lulusannya yang menjadi pemimpin di sejumlah daerah, bahkan negara tetangga.Nurul Iman dibangun pada 1912 oleh sejumlah ulama pejuang yang tergabung dalam organisasi sosial Tsamaratul Insan. Pembangunannya didasari tekad melahirkan tokoh-tokoh agama yang mumpuni pengetahuan umumnya. Bersamaan dengan Nurul Iman, dibangun pula tiga sekolah agama Islam lainnya, yakni Nurul Islam, Saadatuldaren, dan Al Jauharen. Keempat sekolah ini dibangun dengan bahan kayu bulian, yang tetap tegak berdiri meskipun usianya sudah 102 tahun. Banyaknya sekolah agama menjadikan kawasan Seberang identik sebagai kota santri. Di masa lalu, menurut Muhammad Raya, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nurul Iman, banyak calon pelajar dari berbagai daerah datang menimba ilmu di sana.Pada masa keemasannya, suasana kota santri di Kelurahan Ulu Gedong, Kecamatan Danau Teluk, itu begitu hidup. Jumlah murid mencapai lebih dari 2.000 orang. Banyak pula pengajarnya datang dari Mekkah dan Malaysia. "Mereka berlalu-lalang dengan berpakaian kain putih, sambil membawa kitab. Suasananya mirip di Mekkah," kata Raya. Suasana belajar-mengajar di Nurul Iman pun unik. Porsi pelajaran agama lebih besar, mencapai 70 persen. Sisanya adalah pengetahuan alam dan umum yang berlangsung pada siang hari. Sore hingga malam diisi dengan mengaji dan belajar Al Quran. Di masa lalu, sekolah-sekolah itu diakui telah melahirkan para profesional yang berbasis ajaran Islam. Ada ekonom, dokter, arsitek, pendidik, dan aparatur negara. Salah satu pengajar, Edi Sunarto, mengatakan, dari para lulusan itu pula lahir banyak madrasah di berbagai penjuru daerah di Jambi. Namun, seiring bertambahnya pusat-pusat baru pendidikan umum dan semakin banyak pendiri yang meninggal, Nurul Iman mulai meredup. Orangtua lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah umum. Jika tidak diterima, barulah mereka mendaftar ke madrasah sehingga memberi kesan sekolah-sekolah di Seberang sebagai sekolah "buangan". Dari tahun ke tahun, jumlah murid kian sedikit. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah siswa terus menurun dan pernah mencapai 300-an orang. Tahun ini, jumlahnya 500-an murid, sedikit meningkat setelah pihak sekolah membuka pendaftaran bagi murid perempuan. (Irma Tambunan)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000