Banjir Menggenangi Lima Desa di Sulteng
PALU, KOMPAS — Banjir melanda lima desa di Sulawesi Tengah sejak Sabtu (1/7) hingga Minggu kemarin. Banjir dipicu hujan lebat sepanjang Sabtu. Belasan rumah warga terhanyut arus banjir. Banjir melanda Desa Lumbu Tarombo dan Desa Lembasada di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Banggai, pada Sabtu sore. Jalan dan rumah warga pun terendam air. Aktivitas warga setempat lumpuh. Pada Minggu dini hari, banjir menerjang Desa Tangeban, Kecamatan Masama; Desa Sampaka, Kecamatan Bualemo; dan Desa Dondo, Kecamatan Balantak Selatan, di Kabupaten Banggai. Kerusakan parah terjadi di Desa Sampaka. Belasan rumah tersapu arus banjir. Rumah yang rusak tersebut berada di pinggir sungai. Ada rumah yang seluruh konstruksinya tersapu bersih arus. Kebanyakan rumah yang terbawa arus berupa papan dengan lantai semen. Hingga Minggu siang, air masih menggenangi rumah warga, tetapi volume air sudah surut di bawah 1 meter. Bersama aparat TNI/Polri, warga mulai membersihkan rumah dari sisa material yang terbawa arus. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng Bartholomeus Tandigala membenarkan adanya banjir tersebut. Menurut dia, kerusakan rumah dan fasilitas umum serta kerugian material lain masih terus didata. Selain itu, banyak ternak milik warga di Banggai terhanyut arus banjir. "Tim sudah berada di lokasi untuk membantu warga, mendistribusikan bantuan makanan yang diperlukan dan memonitor semua perkembangan," ujarnya di Palu, Sulteng, Minggu. Banjir yang terjadi di lima desa tersebut berasal dari luapan sungai setempat. Volume air sungai meningkat drastis menyusul hujan dari siang hingga malam pada Sabtu. Bartholomeus mengatakan, tim BPBD Banggai mendirikan tenda di titik-titik banjir. Warga yang rumahnya rusak dan masih tergenang air diungsikan tinggal di tenda-tenda yang ada. Kebutuhan warga dijamin terpenuhi di tenda-tenda tersebut.Secara terpisah, Wakil Komandan Satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulteng Ajun Komisaris Besar Basya Radyananda mengatakan, pihaknya menerjunkan personel dari kompi setempat untuk membantu masyarakat yang menjadi korban banjir. Mereka siap membantu warga membersihkan rumah dari material yang terbawa banjir. Kehadiran mereka juga untuk mengantisipasi tindakan orang tak bertanggung jawab di tengah bencana, seperti pencurian.PeringatanBanjir diprediksi masih berpeluang terjadi di Sulteng dalam seminggu ke depan. Apalagi, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Mutiara Palu menyebutkan banjir masih mengancam, karena hujan lebat bakal melanda hampir semua kabupaten di Sulteng seminggu ke depan. Daerah yang selama ini rawan banjir di Sulteng adalah Kabupaten Banggai, Morowali Utara, Tolitoli, Buol, Donggala, dan Kota Palu. Sebulan lalu, banjir parah melanda kota Tolitoli. Tak hanya kerugian material, dua warga turut menjadi korban banjir tersebut. Menurut dosen Hidrologi Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Zeffitni, banjir di Sulteng yang bersumber dari luapan sungai mengindikasikan buruknya pengelolaan kawasan hutan lindung di sekitar sungai. Kawasan sekitar sungai atau daerah aliran sungai seharusnya dikelola dengan menerapkan prinsip konservasi. Namun, faktanya alih fungsi tak mengindahkan peranan kawasan itu sebagai daerah resapan. "Pemerintah punya berbagai perangkat regulasi terkait kawasan lindung di sekitar sungai, tinggal ditegakkan," ujarnya beberapa waktu lalu. (VDL)