TANJUNG SELOR, KOMPAS — Dua korban hilang akibat karamnya perahu kayu bermesin atau ketinting di Sungai Kuala I, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas, Rabu (5/7). Beranjak dari kejadian ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara akan menggencarkan lagi pentingnya penumpang perahu mengenakan jaket pelampung (life jacket).
Seperti diketahui, Senin (3/7) petang, perahu ketinting yang ditumpangi 8 orang sekeluarga karam terhantam gelombang di Sungai Kuala 1. Dua orang hilang, yakni Makassau (50) dan cucunya, Nur Khalizah (3). Tim SAR gabungan menyisir sungai sejak Selasa dini hari.
Namun, baru Selasa (5/7) tengah malam, korban pertama ditemukan, yakni Makassau. Menurut Kepala Basarnas Balikpapan Mujiono, korban ditemukan dalam kondisi mengapung, sekitar 3 kilometer dari lokasi kejadian ke arah hulu sungai.
Sementara korban kedua yang masih balita ditemukan Rabu sekitar pukul 16.00 Wita. Korban ditemukan juga dalam kondisi mengapung sekitar 500 meter dari lokasi. ”Dengan demikian, pencarian dinyatakan selesai,” ujar Mujiono.
Kepala Polres Bulungan Ajun Komisaris Besar Muhammad Fachry menyatakan, ketinting kelebihan muatan. ”Maksimal hanya diisi 4-5 orang. Tapi ini dimuati hingga 8 orang. Beberapa saksi mengatakan, ketinting sempat terlihat menerjang ombak cukup besar,” kata Fachry.
Enam korban selamat, yakni Rosidah (45), istri Makassau; serta anak mereka, Monica (12), Mala (15), dan Maluang (20). Dua lainnya adalah Febriani (10) dan Fatmah (25), keponakan dan istri Maluang.
Selasa sore lalu, Makassau, yang juga Kepala SDN 06 Desa Tias, mengemudikan ketinting untuk menjemput rombongan keluarganya di Desa Apung, Tanjung Selor, Bulungan. Mereka lalu naik ke ketinting kecil yang bermesin 6,5 PK tersebut.
Dua kali ketinting terempas gelombang, tetapi bisa dibalikkan lagi. Namun, pada empasan gelombang berikutnya, kapal terbalik lagi. Makassau sempat membantu keluarganya untuk mendekat ke badan perahu yang terbalik. Namun, sang cucu terlepas sehingga Makassau kembali menyelam untuk mencari.
Setelah itu, Makassau tidak muncul ke permukaan. Enam orang lainnya terombang-ambing, tetapi untunglah melintas ketinting lain. ”Tidak ada penumpang yang mengenakan life jacket (jaket pelampung). Kalau pakai, barangkali beda ceritanya,” kata Fachry.
Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Utara Topan menegaskan, pihaknya akan menggencarkan lagi pentingnya keselamatan dalam transportasi air. ”Sudah berkali-kali sosialisasi dan ini terus kami sosialisasikan. Masyarakat sebenarnya sudah tahu, tetapi ya begini,” kata Topan.
Salah satu alasan umum adalah ribet memakai life jacket dan warga merasa bisa berenang. Di sisi lain, tidak semua perahu dilengkapi alat keselamatan. ”Sungai di Kalimantan Utara arusnya deras. Idealnya, kapal tidak kelebihan muatan dan bawa mesin cadangan,” kata Topan. (PRA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.