Lanskap Malang Masa Kolonial Hadir di Bentara Budaya Yogyakarta
Oleh
Haris Firdaus
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Bentara Budaya Yogyakarta menggelar pameran reproduksi foto bertajuk ”Malang 1939” yang menampilkan lanskap Kota Malang, Jawa Timur, pada masa kolonial. Pameran yang akan dibuka pada Jumat (7/7) malam itu menampilkan sekitar 50 foto yang menggambarkan situasi Kota Malang pada tahun 1914-1939.
”Foto-foto dalam pameran ini kami reproduksi dari buku berjudul Kroniek der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939 yang diterbitkan pemerintah kolonial Hindia Belanda tahun 1939,” kata kurator Bentara Budaya Yogyakarta, Hermanu, Kamis (6/7), di Yogyakarta.
Menurut Hermanu, buku Kroniek der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939 menggambarkan asal muasal pembangunan Kota Malang yang dibangun terencana melalui delapan tahapan. Buku tersebut juga berisi foto-foto bangunan dan suasana Malang pada 1914-1939, baik yang diambil melalui darat maupun udara.
”Dari foto-foto yang tertera di buku tersebut, kita bisa belajar banyak hal, antara lain tentang heritage, sejarah perkotaan, topografi, perencanaan kota, pendidikan, dan perkampungan,” ujar Hermanu.
Ia menambahkan, pameran yang akan berlangsung hingga Minggu (16/7) itu juga bisa menjadi ajang pembelajaran mengenai kota di Indonesia yang dulu penuh dengan gedung-gedung besar era kolonial. Sayangnya, banyak bangunan di Malang era kolonial kini sudah hilang karena beragam sebab.
”Banyak bangunan bersejarah maupun tidak yang terkikis oleh kepentingan modernisasi,” ujar Hermanu.
Salah satu yang ditampilkan dalam pameran ”Malang 1939” adalah foto gedung bernama Societeit Concordia atau biasa disebut Kamar Bola yang sekarang sudah tidak ada. Pada 1947, gedung itu pernah menjadi tempat rapat besar Komite Nasional Indonesia Pusat yang dihadiri Presiden Soekarno.
Selain itu, pameran ini juga menghadirkan foto masjid, pasar, sekolah, dan berbagai bangunan lain.