BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah wisatawan mengeluhkan minimnya fasilitas sanitasi, termasuk kamar mandi, di destinasi wisata Kawah Ijen, Jawa Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam selaku pengelola baru berencana memenuhi fasilitas tersebut tahun ini.
Salah satu pengunjung yang mengeluhkan minimnya fasilitas kamar mandi adalah Firman Arif yang ditemui di Banyuwangi, Sabtu (8/7). ”Destinasi wisatanya tenar, tetapi fasilitas sanitasinya minim. Tidak hanya minim, kondisi kamar mandi juga kotor,” ujarnya.
Dari pantauan Kompas, fasilitas kamar mandi umum di Kawah Ijen hanya ada di Paltuding. Kawasan Paltuding merupakan area parkir kendaraan, pembelian tiket dan pintu masuk jalur pendakian ke Kawah Ijen.
Di Paltuding, hanya ada satu bangunan yang difungsikan sebagai kamar mandi umum. Di bangunan tersebut terdapat delapan bilik kamar mandi umum. Selain kotor karena ada ceceran tanah, kamar mandi juga berbau tak sedap.
Minimnya kamar mandi tidak jarang memicu antrean. Jangan heran jika pengunjung pria lebih memilih buang air kecil di semak-semak.
Sementara itu, sejumlah pemilik warung tidak mengizinkan pengunjung buang air kecil di kamar mandi yang ada di warung demi alasan sulit mendapatkan air bersih.
Keluhan serupa juga disampaikan Nety Reisyana Kusuma Dewi, wisatawan yang sudah 20 kali mendaki Gunung Ijen. ”Minimnya kamar mandi sudah menjadi permasalahan sejak lama. Bagi pendaki, buang air kecil di semak-semak mungkin tidak jadi masalah, tetapi bagi wisatawan asing kondisi ini membuat mereka kecewa,” ujarnya.
Wisatawan juga akan menghadapi kesulitan serupa saat mendaki. Pasalnya, di jalur sepanjang 3 kilometer dari gerbang masuk pendakian di Paltuding hingga Puncak Gunung Ijen sama sekali tidak tersedia kamar mandi.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Ijen mencapai 300 orang per hari pada hari biasa dan 1.000 orang per hari saat hari libur dan akhir pekan. Jumlah tersebut tentu tidak seimbang dengan jumlah kamar mandi yang hanya tersedia delapan bilik.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi BKSDA Jawa Timur Sumpena menuturkan, minimnya fasilitas kamar mandi di kawasan Ijen karena sulitnya air bersih. Selama ini suplai air didapatkan dengan menyedot air dari Desa Taman Sari. Besar debit air hanya 220 mililiter per detik.
”Saat ini kami sedang merancang penambahan bangunan kamar mandi di Paltuding dan di sepanjang jalur pendakian. Rencananya kamar mandi di Paltuding akan ditambah delapan unit, di pos bunder delapan unit, dan di jalur pendakian antara Paltuding hingga pos bunder empat unit,” ujarnya.
Sumpena mengatakan, pembangunan kamar mandi di Paltuding dipastikan terealisasi tahun ini. Sementara pembangunan kamar mandi di pos bunder dan di sepanjang jalur pendakaian belum ditentukan waktunya.