logo Kompas.id
NusantaraKepri Belum Mau Teken MoU
Iklan

Kepri Belum Mau Teken MoU

Oleh
· 4 menit baca

KARIMUN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menunda penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dengan perusahaan China. Penundaan tersebut diharapkan tidak mengganggu rencana pembangunan Jembatan Batam-Bintan yang menjadi obyek utama nota itu.Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Nurdin Basirun membenarkan penundaan itu. Alasannya, pihaknya membutuhkan waktu lebih banyak untuk memeriksa dan mempelajari nota kesepahaman itu. "Jangan sampai ada yang dirugikan. Ini investasi besar," ujarnya, Minggu (9/7), di Karimun, Kepri.Awalnya, nota itu akan diteken bersamaan dengan peresmian pembangunan tempat wisata baru di Bintan. Namun, rencana itu gagal karena pemeriksaan nota oleh Pemprov Kepri belum selesai. "Investornya sama, China Power. Mereka sudah pengalaman dan berminat," katanya.Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kepri Azman Taufik menyatakan, nota kesepamahan itu disodorkan China Power. Perusahaan asing itu menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Mandarin dalam nota itu. "Belum ada versi bahasa Indonesia, notanya baru dari sisi mereka. Kami belum bisa menyetujui begitu saja," ujarnya.Jadi, Pemprov Kepri perlu memeriksa secara terperinci. Pemeriksaan terutama memastikan tidak ada klausul yang melanggar peraturan di Indonesia dan tidak merugikan siapa pun. "Pekerjaan sepenting dan sebesar ini harus dilakukan dengan hati-hati. Proyek ini bukan untuk sehari atau dua hari. Penggunaannya melebihi puluhan tahun," ujarnya.Jembatan Batam-Bintan akan menghubungkan dua pulau terpadat di Kepri. Jembatan yang direncanakan dengan panjang 5,4 kilometer itu akan menjadi penghubung tiga kabupaten/kota yang didiami 1,6 juta dari 1,9 juta penduduk Kepri. Ketiga wilayah itu adalah Batam, Tanjung Pinang, dan Bintan. Usia pakai jembatan sedikitnya 100 tahun.Saat digagas sekitar 10 tahun lalu, biaya pembangunannya diperkirakan 400 juta dollar AS. Dengan perkembangan harga dan potensi tantangan pembangunan saat ini dan ke depan, biaya konstruksi diperkirakan meningkat. "Mereka akan menghitung total kebutuhan sejak kajian kelayakan sampai jembatan siap dipakai," ujar Nurdin.Ia membenarkan Kepri menjanjikan konsesi kepada pemilik dana yang mau membangun jembatan itu. Menurut rencana, jembatan itu akan dijadikan jalan tol dan pengelolanya adalah pihak yang memodali pembangunan.Tawaran itu dinilai wajar. Sebab, pembangunan membutuhkan biaya besar. Pemerintah Indonesia memastikan tak ada anggaran untuk proyek itu. Pemprov Kepri diizinkan jika ingin menggandeng swasta atau BUMN untuk mewujudkannya.China memahamiSementara perwakilan mitra China Power di Indonesia, Bandono Budiman, menyebut, China Power memahami keputusan Pemprov Kepri. China Power siap mewujudkan kerja sama. "Kami tetap berminat berinvestasi," ujar CEO Grand Wie Sukses Properti itu.Sambil menunggu pemeriksaan nota, China Power dan Grand Wie fokus membangun tempat wisata baru di Bintan. Resor di kawasan Trikora itu meliputi vila-vila di atas permukaan laut.Nurdin mengatakan, jembatan itu akan menjadi salah satu pengungkit perekonomian Kepri. Jembatan itu akan memperlancar pergerakan barang dan orang di tiga daerah terpadat Kepri.Sekarang, angkutan utama di tiga daerah itu adalah aneka kapal dan perahu. Angkutan orang membutuhkan waktu paling singkat 20 menit dengan biaya Rp 45.000 per orang. Sementara kapal roro membutuhkan waktu pelayaran hingga 1,5 jam. Biaya terendah untuk menyeberangkan satu unit mobil di rute Batam-Bintan adalah Rp 220.000. Kapasitasnya juga terbatas karena kapal hanya berlayar dari pukul 07.00 hingga 18.00. Setiap kapal roro hanya bisa mengangkut maksimal 20 mobil dan kapal penumpang maksimal 150 orang.Dengan jalan tol berupa jembatan, biaya dan waktu penyeberangan bisa dipangkas. Dalam perkiraan awal beberapa tahun lalu, tarif tol terendah untuk mobil minimal Rp 100.000. Biaya itu tetap lebih murah dibandingkan ongkos roro. Apalagi, penumpang dalam mobil tak perlu membayar lagi seperti saat naik kapal.Waktu tempuh bisa dipangkas jadi maksimal 15 menit. Selain itu, hampir tidak ada pembatasan waktu menyeberang karena jembatan berfungsi 24 jam. "Perekonomian jadi lebih mudah berkembang jika pergerakan barang dan orang lancar," ujar Nurdin.Pelancong asing di Batam rata-rata 1 juta orang per tahun bisa sekaligus pesiar ke Bintan dan Tanjung Pinang. Selama ini, pelancong asing tujuan tiga daerah itu naik kapal terpisah dari Singapura atau Malaysia. Potensi lain adalah menghidupkan industri. Selama ini, Batam sudah kekurangan lahan untuk pengembangan industri baru. Sementara di Bintan dan Tanjung Pinang masih tersedia banyak lahan. (RAZ)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000