logo Kompas.id
NusantaraPetani Dianjurkan Bersatu
Iklan

Petani Dianjurkan Bersatu

Oleh
· 3 menit baca

BANJARMASIN, KOMPAS — Petani karet dianjurkan bersatu dalam kelompok agar dapat menikmati harga lebih baik. Dengan berkelompok atau membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bersama bahan olah karet, petani bisa menikmati harga hingga 75 persen dari harga jual di pabrik. Saat ini, harga yang diterima petani rata-rata hanya 40 persen dari harga karet di pabrik.Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Cabang Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Hasan Yuniar, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (10/7), mengatakan, harga karet di tingkat pabrik saat ini sekitar Rp 16.500 per kilogram (kg). Jika mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet, harga yang diterima petani seharusnya 75 persen dari harga itu, yakni Rp 12.375 per kg, atau setidaknya 60 persen dari harga tersebut, yakni Rp 9.900 per kg. Faktanya, harga di tingkat petani rata-rata hanya 40 persen dari harga itu, yakni Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kg. "Petani tidak akan mendapatkan harga begitu jika memasarkan karetnya lewat Unit Pengolahan dan Pemasaran Bersama (UPPB) bahan olah karet. Sebab, mereka bisa menjual langsung karetnya ke pabrik dan tidak bergantung kepada pengepul," ujar Hasan. Di Kalsel, saat ini ada sekitar 100 UPPB. Setiap UPPB beranggotakan 40-50 petani dengan total luas kebun mencapai 100 hektar. Jika satu UPPB memiliki kebun karet seluas 100 hektar, berarti baru 10.000 hektar kebun yang sudah tergabung dalam kelompok atau 4,24 persen dari luas perkebunan karet rakyat di Kalsel seluas 235.826 hektar. LambatPembentukan UPPB bahan olah karet pun dinilai menjadi salah satu solusi di tengah anjloknya harga karet di Sumatera Utara hingga Rp 5.000 per kg. Penjualan karet petani melalui unit bersama lebih tinggi Rp 3.000 per kg karena perbaikan kualitas dan pemotongan rantai distribusi. Namun, pembentukan unit bersama masih lambat.Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Sumut Syahrida Khairani, di Medan, Senin, mengatakan, sejak program pembentukan itu dicanangkan Kementerian Pertanian tahun 2008, baru tiga UPPB yang dibentuk di provinsi itu. Namun, UPPB yang aktif hanya satu, yakni UPPB di Kabupaten Serdang Bedagai. Sementara itu, UPPB di Kabupaten Deli Serdang dan Tapanuli Selatan belum aktif.Syahrida mengatakan, pembentukan UPPB lambat karena terkendala pembiayaan.Harga karet di Sumatera Selatan juga tak kunjung membaik. Di tingkat petani harga karet hanya mencapai Rp 5.000 hingga Rp 7.500 per kg. Di Sumatera Selatan, petani berupaya membentuk kelompok tani agar mendapatkan harga yang lebih baik dibandingkan dengan menjual karet secara swadaya.Pantauan di Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Senin, menunjukkan, harga karet di tingkat petani Rp 5.000 per kg. Jumlah ini lebih rendah daripada dua minggu sebelumnya, Rp 6.100 per kg. Petani yang tergabung dalam kelompok tani menikmati harga Rp 7.800 per kg, atau turun dibandingkan dengan dua minggu lalu sekitar Rp 8.100 per kg.Ketua Kelompok Harapan Tani Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Banyuasin, Iswandi, menyebutkan, penurunan harga karet terjadi sejak tiga bulan lalu. Penurunan disebabkan berkurangnya permintaan karet dari luar negeri. Padahal, pada akhir 2016 sampai dengan awal 2017, harga karet sempat menunjukkan hasil positif. Saat itu harga karet bisa mencapai Rp 15.000 per kg. (JUM/RAM/NSA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000