logo Kompas.id
NusantaraVietnam Pegang Kendali...
Iklan

Vietnam Pegang Kendali Perdagangan

Oleh
· 3 menit baca

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Anjloknya produksi lada petani Indonesia karena cuaca buruk diprediksi akan membuat ekspor lada turun signifikan. Saat ini, kendali perdagangan lada dipegang Vietnam sebagai pemasok utama lada dunia.Hal tersebut dikatakan Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) Sumita, Senin (10/7), saat dihubungi dari Bandar Lampung."Produksi lada Indonesia hanya sekitar 10 persen dibandingkan dengan produksi lada Vietnam. Saat mereka menjual dengan harga murah, harga lada di Indonesia jatuh," katanya.Hal itu menjadi penyebab utama anjloknya harga lada tahun ini. Menurut Sumita, meski produksi lada di Indonesia turun drastis, Vietnam tetap dapat memasok kebutuhan lada dunia dengan harga murah. Produksi lada Vietnam diperkirakan 200.000 ton. Sementara produksi lada Indonesia diperkirakan 20.000 ton tahun ini. Jumlah itu turun lebih dari separuh dibandingkan tahun lalu.Menurut Sumita, pemerintah semestinya mengambil langkah cepat untuk mengembalikan kejayaan lada Indonesia. Menurut dia, diperlukan investor yang dapat membangun pabrik pengolahan lada dengan standar internasional. Dengan begitu, lada asal Indonesia dapat dipasarkan secara langsung tanpa perlu diolah di negara lain.Selama ini lada dari Indonesia masuk ke Vietnam. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, tahun 2015, ekspor lada hitam Lampung ke Vietnam 13.237 ton. Adapun AELI Lampung menyatakan, Januari 2017, ekspor lada ke Vietnam mencapai 378,09 ton. Jumlah itu terbesar kedua setelah ekspor ke Rusia.Menahan ladaSebagian petani mengaku akan menahan lada hingga harga membaik. Mereka memilih menyimpan lada di gudang setelah dipanen dan dijemur. "Kami masih berharap harga lada membaik," ujar Ketua Kelompok Tani Sido Makmur, di Kabupaten Lampung Timur, Surahman.Menurut dia, sebagian petani juga tetap merawat tanaman lada. Untuk menambah penghasilan, petani melakukan tumpang sari dengan tanaman lain, di antaranya cabai dan pisang.Jekvy Hendra, peneliti utama tanaman lada dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wilayah Lampung, menyatakan, intensitas hujan tinggi berpengaruh terhadap produksi tanaman lada. Petani semestinya bisa mengantisipasi kerontokan bunga dengan memperkuat jaringan tanaman melalui pola pemupukan dan pemangkasan yang tepat.Kepala Seksi Tanaman Semusim dan Rempah Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung Ahliasyah mengatakan, pemerintah kesulitan mengatasi anjloknya harga lada di tingkat petani. Pemda telah mengalokasikan dana Rp 200 juta untuk intensifikasi tanaman lada. Pihaknya juga mendapat bantuan dari Kementerian Pertanian Rp 800 juta guna menjalankan program pemupukan dan pemberian bibit lada untuk petani. Tak punya pilihan Anjloknya harga lada dan karet membuat petani terpukul. Namun, mereka tak memiliki pilihan lain sehingga tetap bertahan mencari nafkah di sektor itu. Harga lada di Kalimantan Barat anjlok sejak Maret. Harga lada hitam biasanya Rp 70.000 per kilogram (kg), sekarang Rp 32.000 per kg. Lada putih turun dari Rp 150.000 per kg menjadi Rp 62.000 per kg. Kondisi petani kian terpukul karena harga karet masih anjlok pada Rp 5.000 per kg. (Kompas, 10/7)Petani lada di Dusun Segumon, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Norbertus Ramli (32), Senin, menuturkan, meski harga lada dan karet anjlok, dirinya tetap bertani lada dan menyadap karet. Hal senada dinyatakan Sabinus (40), petani lada di Kecamatan Entikong, Sanggau. Ramli berharap, pemerintah segera membuat kebijakan untuk memulihkan harga komoditas perkebunan lada dan karet. Jangan sampai harga komoditas menjadi masalah yang berkepanjangan. Sebagaimana di Lampung, petani juga memilih menyimpan lada sampai harga membaik. Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak, Eddy Suratman menyarankan petani membentuk kelompok tani. Fungsinya untuk menyepakati harga jual antarpetani kepada pembeli. Eddy menilai, kebijakan di bidang pertanian dan perkebunan di Indonesia masih berkutat pada peningkatan produksi. Namun, seusai panen, petani tidak ada jaminan kestabilan harga. Hal ini perlu diperbaiki. (VIO/ESA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000