logo Kompas.id
NusantaraCuaca Buruk Ganggu Pelayaran
Iklan

Cuaca Buruk Ganggu Pelayaran

Oleh
· 4 menit baca

BATAM, KOMPAS — Angin kencang dan hujan deras melanda Batam, Kepulauan Riau, dan Aceh bagian barat, Jumat (14/7). Atap salah satu pelabuhan ambruk sehingga keberangkatan sejumlah kapal tertunda. Di Banda Aceh pelayaran ke Sabang ditutup sementara. Atap ambruk terjadi di terminal Pelabuhan Harbour Bay, pelabuhan yang dikelola swasta di Batam. Atap menimpa satu unit mobil. Tidak ada korban jiwa, tetapi kerugian diperkirakan ratusan juta rupiah. Butuh lebih dari dua jam mengevakuasi mobil itu. Tim dari pengelola kawasan Harbour Bay dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Batam harus mengangkat puing-puing atap terlebih dulu. Dampaknya, arus penumpang ke Malaysia, Singapura, dan Karimun terganggu. Namun, pengelola pelabuhan menolak memberi keterangan. Gangguan akibat cuaca juga terjadi di Pelabuhan Sekupang dan Punggur. Di Sekupang, kapal tujuan Karimun terpaksa ditunda keberangkatannya. Hujan deras dan angin kencang memangkas jarak pandang. Dari minimal 2.000 meter, jarak pandang di sekitar pelabuhan menjadi kurang dari 1.000 meter.Di Pelabuhan Punggur, alur keberangkatan terganggu karena pelayaran di Pelabuhan Tanjung Pinang tertunda akibat cuaca buruk. Pelabuhan Tanjung Pinang adalah salah satu pelabuhan tujuan bagi kapal dari Punggur. Di Aceh, Pelayaran Banda Aceh-Sabang dihentikan. Kepala Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh Rusmansyah mengatakan, cuaca buruk membahayakan keselamatan penumpang. Tinggi ombak mencapai 4 meter. "Mudah-mudahan segera normal," kata Rusmansyah.Angin kencang mulai melanda Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, dan beberapa kabupaten lain sejak Kamis (13/7) dan berlanjut hingga Jumat (14/7). Angin disertai hujan intensitas sedang. Informasi yang dihimpun Kompas, angin kencang menyebabkan tiga rumah di Desa Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, rusak tertimpa pohon. Di Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, satu rumah atapnya lepas diempas angin. Di Desa Meunasah Manyang, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, pohon tumbang menimpa kabel listrik PLN.Angin kencang juga menumbangkan pohon sehingga menutup badan jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh di Kilometer 42 di Gunung Geurutee, Lamno, Aceh Jaya. Akibatnya, transportasi terhambat. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Zakaria Ahmad mengatakan, cuaca buruk melanda Aceh hingga tiga hari ke depan. Kecepatan angin 50-80 kilometer per jam. Angin itu dipicu tekanan di Laut China bagian selatan dan Banglades. Tekanan itu memicu pergerakan angin ke Aceh. Ketinggian gelombang, kata Zakaria, bisa 3-4 meter. Wilayah yang berpotensi gelombang tinggi adalah pesisir barat selatan Aceh, Samudra Hindia barat Aceh, pesisir barat Sabang, dan Selat Malaka bagian utara.Selain itu, tekanan rendah di Laut China Selatan memicu belokan angin di atas wilayah Aceh Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah."Akibatnya, daerah tersebut berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang," kata Zakaria. TertundaAkibat kabut tebal, delapan penerbangan di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tertunda selama tiga jam. Penundaan dilakukan karena jarak pandang kurang dari 100 meter.Pantauan Kompas, Jumat, kabut mulai terjadi sejak pukul 05.30. Salah satu maskapai meminta penumpang kembali ke ruang tunggu setelah masuk dan duduk 30 menit dalam pesawat karena keberangkatan ditunda. Seorang penumpang, Agustina Laheba, yang akan menuju Bali pada pukul 10.00 harus menunggu penerbangan pukul 11.10 WIB. "Kami memaklumi karena tujuannya untuk keselamatan kami," ujarnya.General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Internasional SMB II Palembang Iskandar Hamid mengatakan, ada delapan penerbangan ditunda sejak pukul 05.30 hingga pukul 09.00. Jadwal kedatangan pesawat ke Bandara SMB II juga ditunda. Kepala Seksi Informasi dan Observasi Badan Meteorologi Bandara SMB II Palembang Agus Santosa menyatakan, kabut yang menyelimuti Kota Palembang bukan kabut asap, melainkan kabut akibat proses alam. Kabut terjadi karena udara basah di daratan tidak menyerap energi matahari secara sempurna.Udara basah itu muncul karena pada hari-hari sebelumnya Palembang terus diguyur hujan. Namun, kabut ini tidak berlangsung lama. Saat matahari bersinar secara penuh, udara basah akan menguap dan kabut pun hilang secara perlahan. Tingkat ketebalan kabut bervariasi bergantung pada udara basah yang ada di daratan dari tingkat penyerapan energi matahari. (RAZ/AIN/RAM/DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000