logo Kompas.id
NusantaraMenjadi Sunda, Menguatkan...
Iklan

Menjadi Sunda, Menguatkan Indonesia

Oleh
· 4 menit baca

Paguyuban Pasundan, mulasara basa budaya jeung bangsa. Jembar daya Ki Sunda wawangi Nusantara (Paguyuban Pasundan memelihara/ menjaga bahasa, budaya, dan bangsa. Semangat Ki Sunda mengharuman Nusantara)Demikian sepenggal lirik lagu "Kataragan Paguyuban Pasundan" yang dinyanyikan Pasundan Orkestra dalam acara Milangkala Ka 104 Paguyuban Pasundan atau Ulang Tahun Ke-104 Paguyuban Pasundan di Ruang Mandalasaba Doktor Junjunan, Kompleks Paguyuban Pasundan, Kota Bandung, Senin (10/7). Lagu bernuansa kebanggaan dan perjuangan suku Sunda itu mengantar perayaan ulang tahun organisasi kesundaan yang lahir pada 20 Juli 1913.Organisasi kemasyarakatan tergolong paling tua di Indonesia itu memayungi aspirasi warga Sunda sambil berperan aktif menjaga Indonesia sebagai rumah bersama bangsa. Mereka menjadi teladan bahwa bangga dengan suku, tapi tidak berarti meninggalkan semangat persatuan Indonesia. "Mempertahankan eksistensi pada rentang usia lebih dari satu abad sungguh prestasi yang cukup panjang," ujar Ketua Umum Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi, saat membuka perayaan 104 tahun Paguyuban Pasundan.Sejumlah tokoh hadir dalam acara itu, seperti Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Panglima Komando Daerah Militer III Siliwangi Mayor Jenderal Muhammad Herindra, tokoh Jawa Barat Tjetje Padmadinata.Didi menceritakan bagaimana Paguyuban Pasundan turut berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Itu seperti tahun 1928, saat Paguyuban Pasundan sepakat untuk bersama-sama mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Setelah kemerdekaan, Sekretaris Jenderal Paguyuban Pasundan, yakni Juanda, diangkat menjadi Perdana Menteri RI. Pada 13 Desember 1957, kader Paguyuban Pasundan itu membuat Deklarasi Djuanda untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Paguyuban Pasundan punya loyalitas tunggal, yakni NKRI. Pancasila adalah ideologi bangsa kita. Inilah dasar negara kita," ujar Didi. "Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami." demikan nyanyian paduan suara Pasundan Orkestra memperkuat sikap organisasi kesundaan itu. Menjaga kerukunanSaat ini, pada masa dengan dimensi perjuangan berbeda, Paguyuban Pasundan masih setia pada perjuangan untuk mencapai salah satu misinya, yakni "Memerangi Kebodohan dan Kemiskinan". Langkah itu ditempuh dengan terjun di bidang pendidikan dan perekonomian. Saat ini Paguyuban Pasundan memiliki Yayasan Pendidikan Tinggi (YPT) Pasundan, yang mengelola bidang pendidikan tinggi, yaitu Universitas Pasundan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pasundan, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STH) Pasundan, dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan. Paguyuban Pasundan juga memiliki Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) Pasundan. Saat ini YPDM Pasundan mengelola total ratusan sekolah dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD, SMP, MTs, SMA, hingga SMK. Di bidang ekonomi, Paguyuban Pasundan memiliki koperasi dan lembaga keuangan, antara lain Koperasi Paguyuban Pasundan, Lembaga Baitul Maal Paguyuban Pasundan yang berfungsi mengumpulkan atau menyimpan harta umat/nasabah. Mereka juga memiliki poliklinik dan korps mubalig Pasundan. Paguyuban Pasundan, lanjut Didi, ingin terus berperan aktif menjaga dan melestarikan kerukunan dan kebersamaan, khususnya di Jabar dan Banten. Untuk itu, pihaknya terus menjalin silaturahim dengan sejumlah elemen masyarakat, dari sejumlah kelompok keyakinan.Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, suku Sunda yang berada di bawah naungan Paguyuban Pasundan harus terus mengamalkan secara nyata petuah leluhur Sunda, yakni Silih Asah, Asih, Asuh. "Kalau kita bisa saling mengasah, mengasihi, dan mengasuh, bisa memperkuat kebersamaan antarwarga," ujar Heryawan. Senada dengan Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, warga Sunda harus terus saling menjalin silaturahim demi merekatkan kerukunan dan kebersamaan. Penggerak nasionalisme Peneliti dan penulis sejarah Sunda, Iip D Yahya, menjelaskan, dalam pergerakan nasional Indonesia yang mula-mula muncul, Paguyuban Pasundan berada di tengah-tengah antara elitisme Budi Utomo (BU) dan populisme Sarekat Islam (SI). Atau dalam penjelasan AK Pringgodigdo (1970), "Meskipun Pasundan dapat masuk ke lapisan rakyat yang lebih rendah daripada BU, tetapi tidak juga menjadi organisasi rakyat umum seperti SI."Pada masanya, pilihan Paguyuban Pasundan terbukti lebih tepat, sebab kalangan terpelajarlah yang menjadi unsur penggerak tumbuhnya nasionalisme Indonesia. Gerakan para elite (priayi, menak) sangat terbatas. Sementara massa rakyat yang terlalu luas tidak bisa dikendalikan sepenuhnya dengan mesin organisasi yang masih terbatas. Pada masa kepemimpinan Oto Iskandar Dinata, pengurus Pasundan yang didominasi pegawai pemerintah, guru, dan pelajar menjadi unsur penggerak dinamis. Mereka bergerak menjadi lapisan elite baru di Tatar Sunda, menempati kedudukan sebagai anggota Volksraad, Dewan Provinsi, Dewan Kota/ Kabupaten, dan kedudukan terhormat pada organisasi sosial dan keagamaan. "Kala itu Paguyuban Pasundan bisa hadir dan dirasakan dekat dengan denyut nadi kepentingan masyarakat luas," ujar Iip D Yahya. Saat ini, pengurus dan anggota Paguyuban Pasundan tak jauh berbeda, terdiri dari pegawai negeri, birokrat, guru, karyawan, dan pelajar/mahasiswa. Apakah mereka masih menjadi unsur penggerak yang dinamis seperti sebelumnya? "Inilah tantangan besar Pasundan jika kehadirannya ingin kembali dirasakan oleh publik secara luas," ujar Iip. Kenyataan semacam ini bukan hanya dialami organisasi massa seperti Paguyuban Pasundan, bahkan partai politik pun, yang notabene ikut menentukan kekuasaan, bisa tergeser perannya oleh "pasukan media sosial". Paguyuban Pasundan memiliki SDM memadai untuk menampilkan unsur penggerak baru itu. Kapan mereka akan diberi kesempatan berunjuk kemampuan? (BKY/DMU)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000