Menyusuri Perut Bumi Pegunungan Kendeng

Oleh

Winarto Herusansono

· 4 menit baca

Menyusuri kedalaman Goa Pancur di Dukuh Gasong, Desa Jimbaran, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, wisatawan dibuat terpukau pada pemandangan stalaktit dan stalagmit di sepanjang perut Kendeng. Sungai bawah tanah berair jernih dan tidak pernah kering meskipun saat kemarau. Kedalaman air bervariasi, mulai dari 1 meter hingga 6 meter.

Goa Pancur boleh dibilang tandon besar air dari Pegunungan Kendeng. Meskipun permukaan pegunungan tidak penuh ditumbuhi pepohonan, di perut bumi terkandung sumber mata air besar. Selama ini, goa menjadi sumber mata air utama pertanian, dan lebih banyak dimanfaatkan warga setempat sebagai lokasi ritual.

Air yang bersumber dari mata air bawah tanah itu mendorong orang mendatangi goa. Khasiat air diyakini bisa memiliki kekuatan magis bagi siapa saja yang mencuci muka di beberapa titik sumber mata air.

Panjang lorong goa di bagian terdalam perut Pegunungan Kendeng Selatan ini mencapai 8,72 kilometer. Goa Pancur pertama kali ditemukan warga setempat, yakni Mbah Sarto, sekitar tahun 1932. Penemuan itu berawal dari suara gemericik air yang berasal dari dalam goa.

Warga lalu membuat mulut goa yang lebar untuk menelusuri alur sungai dalam goa. Semakin ke dalam, suara gemericik air kian keras dan aliran makin deras. Itulah kenapa tempat ini dinamai Goa Pancur.

Menurut Suyitno, penasihat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Goa Pancur, Sabtu (8/7), wisata susur goa baru dikembangkan sejak empat tahun lalu. Pokdarwis setempat mengembangkan kawasan wisata seluas 2,9 hektar.

Lokasi goa di atas perbukitan sangat menarik perhatian wisatawan. Dari tepian mulut goa, wisatawan bisa memandang bebas hamparan sawah menghijau. Di beberapa pohon di sekitar mulut goa, terdapat kandang merpati putih. Pengunjung dapat memberi makan burung-burung merpati dengan biji jagung.

Susur goa

Goa Pancur berjarak sekitar 17 kilometer arah barat daya pusat kota Pati atau 85 kilometer timur Kota Semarang. Dari pusat kota Pati, tersedia banyak pilihan angkutan umum menuju lokasi itu. Jika membawa kendaraan pribadi, wisatawan tinggal menuju ke arah Sukolilo. Lokasi wisata ini terhubung dengan jalan provinsi yang mulus dari Pati menuju Sukolilo.

Untuk menikmati keindahan perut bumi Goa Pancur, pengelola wisata setempat yang tergabung dalam Gasong Community menawarkan beberapa paket susur goa. Paket-paket itu terdiri dari susur jarak 3 kilometer, 5 kilometer, atau 15 kilometer ke dalam goa.

Bagi yang enggan berbasah-basah, pihak pemandu wisata juga menyiapkan perahu dari ban mobil. Mengingat belum ada jalan setapak, penyusuran harus melalui alur sungai di dalam goa. Di 300 meter pertama, wisatawan tidak perlu khawatir tidak dapat melihat pemandangan indah karena sudah tersedia lampu-lampu penerangan. Lampu yang tersedia pun jenis yang lembut agar sinar lampu tidak merusak stalaktit dan stalagmit.

Soal keamanan, wisatawan tidak perlu khawatir. Semua pemandu susur goa sudah menjalani pelatihan kelompok pencinta alam dari Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Khabibur Rohman, salah satu pemandu, menuturkan, untuk keselamatan dan kenyamanan wisatawan saat melakukan susur goa, pihaknya membatasi jumlah peserta.

Wisatawan akan dipinjami perlengkapan keselamatan, seperti jaket pelampung, senter, helm, sepatu karet, serta lampu senter besar yang dibawa pemandu. Untuk paket termurah, pihak pengelola menyediakan paket susur berjarak 3 kilometer dengan tiket Rp 20.000 per orang. Susur goa dijadwalkan pada pagi, siang, dan sore hari. Wisata ini akan ditutup pukul 17.00. Butuh waktu dua hingga tiga jam untuk menyusuri Goa Pancur.

”Untuk anak-anak ataupun wisatawan perempuan yang tidak berani masuk, bisa bermain air jernih di mulut goa yang luas,” ujar Khabibur.

Batuan unik

Salah satu kekhasan goa kapur adalah memiliki kekayaan bebatuan karst di dalam perut bumi. Begitu pula Goa Pancur. Hamparan stalaktit dan stalagmit memiliki makna dan bentuk yang mudah diingat wisatawan.

Bebatuan itu bagai ukiran alam sebagai dampak pelarutan air yang terus-menerus di bebatuan daerah karst Pegunungan Kendeng. Stalaktit dan stalagmit berumur ribuan tahun itu beraneka warna. Paling banyak yaitu putih, merah marun, dan abu-abu kehitaman.

Ahmad Najib, pengelola wisata yang sudah puluhan tahun masuk-keluar Goa Pancur, menuturkan, saat musim kemarau, air sedikit surut. Saat itu, dari lantai goa, muncul batuan kristal indah menyerupai terasering atau lekukan sawah yang berundak. Ada pula batu pualam menyerupai tokoh pewayangan Semar.

Bagi yang suka mandi air hangat, sekitar 200 meter dari mulut goa terdapat sumber mata air hangat. Ketika musim hujan, perbedaan suhu antara areal air hangat dan air dingin di dalam goa itu terasa sekali. Badan pun akan kembali segar.

Editor: