logo Kompas.id
NusantaraSetelah Ledakan, Beban Petani ...
Iklan

Setelah Ledakan, Beban Petani Makin Berat

Oleh
· 3 menit baca

MADIUN, KOMPAS — Penghentian operasional Pabrik Gula Pagotan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, akibat terjadinya ledakan bejana penguapan, Jumat (21/7), berdampak signifikan terhadap nasib petani tebu di Kabupaten Madiun, Ponorogo, dan Magetan. Mereka berharap pabrik segera giling agar kelangsungan usaha tani tebu tetap terjaga.Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia PG Pagotan Muhammad Tasir Hadi Sumarto mengatakan, berhentinya operasional pabrik tersebut di tengah musim giling menjadi beban berat bagi petani. Mereka harus mengurangi tebangan dan mengalihkan pengiriman tebu ke pabrik lain."Pengurangan tebangan itu berisiko terhadap terjadinya kebakaran lahan karena kondisi tanaman semakin kering. Selain itu, mengakibatkan biaya operasional petani membengkak sebab mereka sudah telanjur kontrak dengan buruh tebang dan buruh angkut untuk satu musim panen. Semua biaya, seperti uang makan, transpor harian, dan penginapan, tetap dibayarkan," ujar Tasir, Minggu (23/7). Ia mengatakan, memang ada upaya pengalihan tebu milik petani PG Pagotan ke PG lain di bawah naungan PTPN XI. Namun, pengalihan itu berdampak pada bertambahnya ongkos angkut. Contoh, biaya angkut per kuintal tebu ke Pagotan Rp 3.000. Jika dialihkan ke PG Soedhono, biayanya Rp 5.000 per kuintal.Selain itu, petani punya pinjaman untuk modal tanam tebu dengan PG Pagotan. Pinjaman itu dibayar dengan hasil gula yang digiling pabrik. Jika dialihkan ke pabrik lain, petani kesulitan bayar pinjaman dan khawatir tak akan mendapat pinjaman untuk modal tanam berikutnya.Pada saat yang sama, kondisi petani pada musim giling 2017 ini secara umum tidak menguntungkan. Produksi tebu rata-rata turun 30 persen karena dampak anomali cuaca sehingga petani hanya mampu memanen 500- 600 ton tebu per hektar dari sebelumnya 1.100 ton per ha.Beban petani semakin berat karena kebijakan pemerintah yang mengenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 persen terhadap gula produksi petani. Akibat kebijakan itu, harga gula di pasar lelang sulit mencapai level di atas Rp 10.000 per kg. Jumlah petani di PG Pagotan mencapai 600 orang dengan penguasaan lahan tebu sekitar 1,6 juta ha. Jumlah petani ini bertambah karena ada pengalihan petani dari PG Kanigoro yang ditutup tahun ini karena krisis bahan baku dan tak efisien. Tambahannya sekitar 100 petani dengan penguasaan lahan tebu seluas 800-1.000 ha.Rp 30 juta per jamSebagai informasi, PG Pagotan tidak beroperasi karena ledakan bejana penguapan atau evaporator. Menurut Sekretaris PTPN XI Agus Purnomo, penyebab ledakan masih diselidiki dan selama penyelidikan berlangsung, pabrik dilarang beroperasi. Selama tak beroperasi, pabrik mengalami kerugian Rp 30 juta per jam. Selain itu, ada 2.868 ton tebu di 362 lori yang telanjur masuk pabrik tapi tak tergiling. "Tebu kemudian dipindahkan dari lori ke truk agar bisa dialihkan ke tiga PG lain milik PTPN XI, yakni PG Redjosari, PG Soedhono, dan PG Purwodadi. PG Pagotan memiliki kapasitas giling 3.300 ton per hari dan telah memulai giling sejak 31 Mei lalu. Pabrik telah melakukan proses giling selama 50 hari dari rencana 120 hari. Adapun total tebu yang sudah digiling mencapai 1,3 juta kuintal dari target 3,7 juta kuintal tebu. Rendemennya diharapkan mencapai 8,2 persen.Menjawab kekhawatiran petani tebu, Manajer Tanaman PG Pagotan Handoko Prasetyo mengatakan, pihaknya akan mengawal pengiriman tebu petani ke pabrik lain di bawah naungan PTPN XI. Dengan pengawalan itu, proses giling dan hasilnya tetap berada dalam tanggung jawab PG Pagotan. "Memang prosesnya tidak mudah sebab pabrik lain sudah memiliki jadwal panen dan mengaturnya dengan petani mereka sendiri. (nik)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000