PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 150 pelajar SMP dari sekolah-sekolah Katolik se-Indonesia mengikuti Gladian Pemimpin Regu II Tahun 2017 di Bumi Perkemahan Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, selama lima hari. Latihan dasar kepramukaan dijadikan sarana untuk membentuk jiwa kepemimpinan para generasi muda.
”Di dalam kegiatan kepramukaan, pemimpin regu sudah diseleksi. Tidak sembarang anak bisa jadi pemimpin regu. Kalau mereka semakin dimatangkan, harapannya kaderisasi terus berkembang atau meningkat. Di masyarakat, mereka juga diharapkan memiliki karakter pemimpin,” kata Ketua Majelis Pembimbing Tim Kerja Kepramukaan Majelis Nasional Pendidikan Katolik Pastor Azismardopo, SJ di Baturraden, Rabu (26/7).
Karakter pemimpin yang dilatih pada kegiatan tersebut, kata Azismardopo, adalah pemimpin yang tangguh dan kreatif seperti tema yang diusung, yaitu Menjadi Pemimpin Regu yang Tangguh dan Kreatif. ”Dengan berkumpul dan berlatih bersama, kreativitas akan muncul,” tuturnya.
Azismardopo menyampaikan, keprihatinan yang ada di kalangan remaja saat ini antara lain orangtua yang terlalu protektif terhadap anak dan juga maraknya penggunaan gawai sehingga meningkatkan individualisme seseorang.
”Orangtua yang terlalu protektif membuat anak menjadi aleman atau manja dan terlalu asyik dengan gawainya membuat mereka minim berbicara satu sama lain. Kemanjaan membuat kreativitas jadi mandul,” paparnya.
Menurut Azismardopo, lima tugas Gereja Katolik yang meliputi liturgia (menguduskan), kerygma (pengajaran), koinonia (membangun komunitas), diakonia (pelayanan), dan martyria (memberikan kesaksian) juga ditumbuhkan dalam kegiatan pelatihan tersebut.
”Semangat pengajaran dan melayani ditunjukkan dengan mengajarkan apa yang mereka dapatkan kepada adik-adik kelas,” katanya.
Ketua Panitia Gladian Pemimpin Regu II Tahun 2017 Tarcicius Pramono menyampaikan, kegiatan gladian ini merupakan kegiatan 6 tahun sekali. Gladian pertama digelar pada 2011 di Bogor, Jawa Barat. Gladian kedua ini dimulai pada Selasa (25/7) hingga Sabtu (29/7).
”Materi yang diberikan kepada para peserta antara lain manajerial, kewirausahaan, nasionalisme, patriotisme, dan spiritualisme,” kata Pramono.
Pramono menambahkan, para peserta juga diajak untuk mandiri dengan membangun tenda untuk bermalam serta memasak untuk timnya masing-masing.
Sebanyak 150 peserta pemimpin regu itu berasal dari Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Bogor, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Malang, Keuskupan Palangkaraya, Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Surabaya, Keuskupan Tanjung Karang, Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kevikepan Surakarta, dan Kevikepan Kedu.
Natasha Wanadijaya (14) peserta dari SMP Xaverius Palembang mengatakan, pada kegiatan itu dirinya dilatih untuk tegas, ceria, dan gesit. ”Kegiatannya penuh tantangan dan mengajak saya untuk saling bekerja sama dengan teman-teman,” kata Natasha, yang bercita-cita menjadi dokter.
Hal serupa juga disampaikan Alfonsus Aldi (13) peserta dari SMP Tegaljaya Denpasar, Bali. ”Di sini kami diajari bukan menjadi pemenang, melainkan mendapatkan pengalaman baru melalui kerja sama dengan sesama,” tutur Aldi.