BANDUNG, KOMPAS — Kementerian Pertanian menganggap kenaikan harga jagung saat ini masih wajar. Kenaikan harga itu bahkan dinilai mampu meningkatkan semangat petani untuk terus menanam jagung.
”Biarkan petani jagung menikmati keuntungan lewat kenaikan harga. Nanti, kalau kenaikannya sudah tidak wajar, kami baru akan melakukan stabilisasi dengan menggelontorkan jagung ke pasar,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman seusai memberikan kuliah umum di Universitas Telkom, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/8/2017).
Saat ini, harga jagung di tingkat petani sekitar Rp 3.110 per kilogram. Harga itu lebih tinggi daripada tahun 2015 yang sekitar Rp 2.000 per kg. Kondisi ini menguntungkan petani, tetapi meresahkan peternak dan pengusaha pakan ternak.
Gejolak harga jagung mengemuka sejak pemerintah memutuskan mengurangi impor jagung pada 2016 dan menghentikan impor jagung setahun kemudian. Pemerintah yakin petani mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Amran menuturkan, penghentian impor jagung itu dilakukan karena telah terjadi peningkatan produksi dalam dua tahun terakhir sebesar 21,9 persen.
Pada tahun 2014, produksi jagung sebesar 19 juta ton. Sementara pada 2016, produksi jagung meningkat menjadi 23,2 juta ton. Angka tersebut melebihi kebutuhan nasional yang diperkirakan 19 juta ton.
”Tanpa impor, negara menghemat devisa lebih kurang Rp 12 triliun. Jadi ketika masih impor jagung, uang sebesar dapat dinikmati petani Indonesia lewat beragam program pertanian. Petani Indonesia bisa lebih sejahtera,” ujarnya.
Kekeringan
Dalam kesempatan yang sama, Amran juga menyinggung tantangan pemerintah dan petani meminimalkan ancaman kekeringan. Ia mengatakan, pemerintah akan mengupayakan pompanisasi untuk menunjang pengairan lahan pertanian. ”Petani tidak perlu cemas. Saat ini sudah disiapkan puluhan ribu mesin pompa yang akan disalurkan ke petani seluruh Indonesia,” kata Amran.
Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Uneef Primadi mengemukakan, pompanisasi juga akan dilakukan pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten/kota. Pompanisasi menjadi salah satu cara untuk menekan potensi kerugian petani akibat kekeringan.
Uneef mengatakan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, dari April sampai Desember pengaruh El Nino lemah. Kondisi itu akan membuat anomali cuaca tak terlalu ekstrem sehingga sangat mendukung bagi usaha pertanian.
”Kami optimistis target produksi padi tahun ini sebesar 12,6 juta ton gabah kering giling akan terwujud. Dari Januari sampai Agustus tahun ini, produksi mencapai sekitar 9 juta ton. Kami optimistis sampai akhir tahun penambahan 3 juta ton dapat dicapai,” ujar Uneef.