logo Kompas.id
NusantaraDua Kecamatan di Tanah Laut...
Iklan

Dua Kecamatan di Tanah Laut Terendam

Oleh
· 3 menit baca

PELAIHARI, KOMPAS — Dua kecamatan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, terendam banjir yang terjadi sejak Senin (7/8). Banjir dipicu meluapnya sejumlah sungai di daerah itu akibat hujan lebat dalam beberapa hari terakhir.Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Laut Muhammad Noor, yang dihubungi dari Banjarmasin, Selasa (8/8), mengatakan, banjir melanda Kecamatan Jorong dan Kecamatan Kintap. Banjir dipicu meluapnya air Sungai Kintap dan Sungai Asam Asam akibat hujan lebat. Kondisi itu diperparah dengan pasang laut. "Ketinggian air yang merendam permukiman warga di dua kecamatan itu mencapai 1,5 meter hingga 2 meter. Akibatnya, sebagian warga harus mengungsi ke tempat yang aman," katanya.Di Jorong, banjir berdampak pada 496 keluarga dengan total 1.626 jiwa, sedangkan di Kintap berdampak pada 484 keluarga dengan total 2.104 jiwa. "Untuk membantu warga, kami sudah mendirikan posko pengungsian dan membuka posko dapur umum. Selain itu, menyerahkan bantuan logistik," kata Noor. Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono, banjir di Tanah Laut dan beberapa daerah lain di Kalsel bukan semata-mata karena faktor curah hujan yang tinggi. Apalagi, banjir selalu terjadi dalam 10 tahun terakhir. Kejadian banjir di Tanah Laut diduga kuat akibat kondisi daerah aliran sungai (DAS) rusak.Di Tanah Laut, lanjut Kisworo, terdapat tujuh DAS yang bermuara ke Laut Jawa. Dari tujuh DAS itu, lima di antaranya memang langganan banjir, yaitu DAS Kintap, Asam Asam, Swarangan, Tabanio, dan Maluka. Berbagai aktivitas di DAS tersebut sering kali tidak memperhatikan aspek daya tampung dan daya dukung lingkungan. "Kerusakan ekosistem DAS dan tutupan lahan itu diperparah dengan banyaknya izin pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan pembalakan liar," kata Dwi. Menurut Kisworo, agar kerusakan lingkungan tidak semakin parah, pemerintah harus segera menstop izin baru dan mengevaluasi izin yang ada. Selain itu, perlu ada audit lingkungan dan penegakan hukum kepada korporasi, serta merehabilitasi lahan kritis secara serius dan berkelanjutan. SurutSementara itu, banjir yang pada Senin (7/8) menerjang sejumlah wilayah di dua kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni Sidenreng Rappang dan Wajo, Selasa, mulai surut. Namun, lumpur dan sedimen menutupi lokasi bekas banjir. Warga membersihkan lumpur sambil mewaspadai banjir susulan.Di Kecamatan Pitumpanua, Wajo, yang meliputi satu desa dan tiga kelurahan, lebih dari 300 hektar sawah tak bisa dipanen akibat tertutup lumpur tebal. Banjir yang ikut menerjang kawasan permukiman, termasuk sejumlah bangunan sekolah, juga menyisakan lumpur."Banjir menyisakan lumpur tebal yang bercampur dengan sampah dan potongan kayu. Ini yang sedang kami upayakan agar bisa dibersihkan secepatnya. Tanaman padi hampir tak ada yang bisa dipanen," kata Kepala BPBD, Wajo Alamsyah.Kondisi hampir sama terjadi di Kecamatan Pitu Riase, Sidenreng Rappang (Sidrap), yang bertetangga dengan Wajo. "Bekas banjir sebagian telah bersih. Namun, warga yang rumahnya rusak mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat," kata Siara Barang, Kepala BPBD Sidrap. (REN/JUM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000