PULANG PISAU, KOMPAS — Pertanian karet di Kalimantan Tengah belum bergairah. Terlebih lagi, para petani menunggu harga karet membaik sebelum memanen. Akibatnya, produktivitas karet di Kalimantan Tengah rendah, yakni hanya 1,04 ton per hektar atau di bawah rata-rata nasional yang mencapai 1,23 ton per hektar.
Wahyudi (40), petani karet asal Desa Henda, Kabuaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, mengatakan, sejak awal tahun 2017, harga karet belum membaik. Normalnya, ia biasa menjual karet seharga Rp 10.500 per kilogram, tetapi saat ini turun menjadi Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kilogram.
”Saya biasanya kalau tidak menyadap karet, ya, kerja membersihkan kebun orang. Nanti kalau harganya sudah bagus baru sadap lagi,” kata Wahyudi di Pulang Pisau, Kamis (10/8/2017).
Data Bank Indonesia (BI) perwakilan Kalimantan Tengah memperlihatkan, karet merupakan komoditas utama di Kalimantan Tengah. Saat ini, produktivitas karet di Kalimantan Tengah rata-rata hanya 1,04 ton per hektar lebih rendah dari rata-rata nasional. Padahal, sebelumnya produksi karet di Kalteng cukup tinggi dan pernah mencapai angka 2 ton per hektar.
Selain rendahnya produksi, kualitas getah karet dari Kalimantan Tengah juga belum mumpuni. Hasil analisis yang dilakukan BI di beberapa wilayah menunjukkan ada beberapa kendala, seperti perawatan dan pengolahan yang kurang tepat.
”Pengolahannya itu bisa berbagai macam, tidak hanya bicara soal jual menjual. Mereka harus memahami administrasi, maka dari itu harus didampingi,” Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Tengah Wuryanto.
Wuryanto mengatakan, petani karet didorong untuk membentuk kelompok tani seperti yang selama ini dibuat BI, yakni Kelompok Usaha Bersama Karet (KUBK). Sejauh ini terdapat tiga KUBK di Kabupaten Pulang Pisau dan Palangkaraya.
Menurut Wuryanto, salah satu upaya yang bisa diberikan untuk petani adalah membangun gudang pengering bokar (GPB). Gudang tersebut mampu menampung 6-8 ton getah karet sehingga karet tidak rusak karena gudang dilengkapi peralatan lengkap. ”Kalau ada gudang, pengelolaan menjadi lebih terorganisasi dan bisa dipantau,” ujarnya.
Gudang karet
Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Cabang Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan Vincentius Oei mengatakan, pemerintah sebenarnya dapat membuat stok getah karet melalui sistem resi gudang. Dalam sistem tersebut, petani tidak hanya menyimpan bahan baku tetapi juga mengolahnya.
”Setahu saya, sampai saat ini belum pernah ada sistem gudang untuk getah karet. Meski demikian, kami pengusaha mengerti kalau pemerintah juga memiliki banyak skala prioritas dalam mengambil kebijakan,” kata Oei.
Menurut Oei, kebijakan yang diambil pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan petani. Pengusaha akan berkomitmen untuk tetap menjalankan kebijakan apapun dan bekerjasama dengan petani.