logo Kompas.id
NusantaraJalan Rusak Hentikan Laju...
Iklan

Jalan Rusak Hentikan Laju Peserta

Oleh
· 3 menit baca

Langit masih gelap saat Octovianus Noya memanggil panitia Jelajah Sepeda Flores 2017, Minggu (13/8), dari tendanya. Penjelajah senior itu tidak sabar untuk naik ke puncak Gunung Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur. "Sudah mau jam empat nih, kapan bergerak?" katanya. Om Octo, demikian ia disapa para peserta Jelajah Sepeda Flores 2017, bukan satu-satunya peserta yang sudah siap naik ke puncak Kelimutu. Sejumlah peserta lain sudah bangun dan ingin segera sampai di puncak sebelum langit terang.Naik ke puncak Kelimutu menjadi pembuka hari kedua Jelajah Sepeda Flores 2017. Suhu kurang dari 10 derajat celsius tak mengurangi semangat peserta untuk naik dan menyaksikan matahari terbit. Apalagi, langit cerah dan kabut tidak turun.Para peserta berada di Kelimutu hingga pukul 06.30 Wita, lalu kembali ke tempat istirahat di pelataran Kantor Balai Taman Nasional Kelimutu (BTNK). Jelang pukul 08.00 Wita peserta mulai meninggalkan tempat istirahat. Hanya beberapa meter mereka berjalan pelan. Setelah itu, mereka melaju dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam. Jalan menurun dari Kantor BTNK hingga ke Moni membuat kayuhan tidak terasa.Namun, begitu peserta mulai menginjak jalan akses Kelimutu-Ende, tanjakan mulai menghadang. Laju peserta semakin pelan saat melintasi Desa Nuamuri. Tebing di samping jalan runtuh!Sudah berbulan-bulan batu sisa longsoran dari tebing menutupi jalan. Akibatnya, para pengguna jalan harus lewat bergantian di jalan yang semula punya dua lajur untuk dua arah dan kini menjadi satu lajur untuk dua arah itu."Kasih pelan, sonde laju-laju (jangan cepat-cepat)," ujar Ajun Komisaris Polisi I Dewa Gede Wiadyana melalui pelantang di mobil yang mengawal rombongan Jelajah Sepeda Flores 2017.Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Ende itu ikut mengawal konvoi peserta. Sejumlah polisi lalu lintas dari Polres Sikka dan Ngada bergantian ikut mengawal konvoi peserta. Di jalan yang melintasi Desa Detusoko, peringatan itu lebih sering terdengar. Sebab, lebar jalan kurang dari 5 meter untuk dua arah. Bila ada dua mobil melintas, salah satu harus menepi. Semakin ke utara, kondisi jalan makin parah. Sebagian sudah tidak beraspal dan berlapis batu besar. Suhu semakin panas saat peserta tiba di Desa Tanah Merah yang berjarak 49 km dari titik start etape dua. Lokasi itu sebenarnya bukan tempat istirahat yang disiapkan panitia. Namun, peserta sudah kelelahan dan kepanasan. Akhirnya, panitia memutuskan makan siang dihelat di tempat itu.Tidak hanya menjadi tempat istirahat, lokasi itu sekaligus menjadi titik terakhir peserta mengayuh di etape dua. Dari sisa 128 km yang harus ditempuh, ada 30 km hanya berlapis batu sebesar kepalan tangan orang dewasa dan badan jalan kurang dari 3 meter. Karena itu, seluruh peserta dan sepeda naik truk sampai finis di Pelabuhan Riung, Ngada. Peserta asal Manado, Sulawesi Utara, Donny Sekeon (43), ditemui di Pulau Rutong, Kabupaten Ngada, mengatakan, sedikit kecewa hanya bisa melahap 50 km dari total 177 km rute perjalanan etape kedua. Menurut dia, biasanya minimal melahap 50 persen dari total jelajah yang dilakukan.Namun, setelah mendapatkan penjelasan panitia, Donny bisa menerima keputusan menghentikan jelajah di Km 50. "Menurut panitia, kondisi jalan rusak parah, padahal peserta akan menyeberang ke pulau. Kalau dipaksa tetap melahap rute yang ada, peserta dikhawatirkan sampai ke pulau terlalu malam," ujarnya. Hari ini peserta menempuh perjalanan sekitar 10 jam. Peserta sampai Dermaga Riung sekitar pukul 18.00. (RAZ/KOR/DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000