Warga Kepulauan di Sulut Minta Konversi ke Gas Elpiji
Oleh
JEAN RIZAL L
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS - Warga tiga kabupaten kepulauan di Sulawesi Utara terus mengeluhkan ketersediaan bahan bakar minyak di wilayahnya. Setelah bensin dan solar, warga juga mengaku kesulitan memperoleh minyak tanah bersubsidi untuk konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu, mereka pun meminta agar pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke elpiji.
Ketiga wilayah kabupaten kepulauan itu yakni Kabupaten Sangihe, Kabupaten Talaud, dan Kabupaten Sitaro. Abner Kokomore (40), warga Kecamatan Tamako, Sangihe, di Manado, Sulut, Senin (14/8), mengatakan ketersediaan minyak tanah di daerahnya terbatas.
Minyak tanah sulit diperoleh di warung-warung setiap pertengahan hingga akhir bulan. “Kalaupun ada, harga minyak tanah di atas Rp 5.000 per liter, bahkan pernah mencapai Rp 10.000 per liter. Padahal, minyak tanah masih disubsidi pemerintah,” kata Abner.
Ia mengatakan, hampir semua warga di Tamako mengandalkan minyak tanah untuk memasak. Abner mengaku mencari minyak tanah di Manado meski harganya lebih mahal, yakni sekitar Rp 15.000 per liter.
Krisis minyak tanah membuat warga mencari alternatif kayu bakar sebagai pengganti. Sebagian warga menebang pohon di hutan menjadi kayu bakar. Tingginya angka penebangan pohon di daerah kepulauan mengancam wilayah daratan.
Kepala Humas Pertamina Regional Sulawesi Hermansyah mengatakan, suplai minyak tanah bersubsidi ke Kabupaten Sangihe, Kabupaten Talaud, dan Kabupaten Sitaro dinilai cukup.
Hermansyah tidak merinci berapa banyak suplai minyak ke tiga daerah kepulauan itu. “Saya tidak punya data, tetapi suplai ke daerah kepulauan diberikan sesuai kebutuhan masyarakat. Perhitungannya, jumlah keluarga dikali kebutuhan setiap hari,” katanya.
Bupati Kabupaten Sitaro Tonny Supit dan Bupati Sangihe Jabes Gaghana, saat pertemuan masalah perbatasan di Manado, menginginkan agar pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke elpiji untuk masyarakatnya.
Menurutnya, pemakaian minyak tanah boros dan membebani ekonomi rumah tangga warganya. Berdasarkan kajian, konsumsi minyak tanah rumah tangga dalam sepekan sekitar 5-10 liter dengan harga pembelian rata-rata Rp 50.000. Apabila minyak tanah dikonversi ke elpiji tabung 3 kilogram, maka warga dapat berhemat.
“Kami melakukan studi pemakaian gas elpiji tiga kilogram selama sepekan yang dikonsumsi rata-rata rumah tangga di Manado. Harga gas elpiji tiga kilogram sekitar Rp 22.000,” katanya.
Jabes Gaghana mengatakan telah bersurat ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral agar pemakaian minyak tanah dikonversi ke gas elpiji.
Kepala Biro Ekonomi dan Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Sulut Frangky Manumpil mengatakan, kebijakan konversi bahan bakar di wilayah kepulauan keputusan yang tepat, asalkan ketersediaan gas memadai.
Namun, masalah perbatasan terletak pada transportasi angkutan, sebagaimana juga terjadi pada suplai bensin dan solar. Kata Frangky, apabila konversi dilakukan, berdasarkan data rumah tangga, dibutuhkan sekitar 8.000 tabung elpiji untuk dikirim ke Sangihe, Sitaro, dan Talaud.