Banyuwangi Mendambakan Penerbangan Langsung Internasional
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menargetkan pada akhir 2018, Bandar Udara Blimbingsari dapat melayani penerbangan langsung dari dan ke mancanegara. Ambisi itu memungkinkan karena Blimbingsari pada Oktober 2018 direncanakan menjadi penyangga Bandara Ngurah Rai, Bali, untuk mendukung pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia.
Terkait hal itu, kata Anas, Blimbingsari akan dikembangkan terutama berupa perluasan apron (area parkir pesawat), penebalan pavement classification number (PCN), sampai perpanjangan landas pacu (runway). Kini, apron Blimbingsari hanya berkapasitas dua pesawat Boeing 737-500. Apron akan diperluas sehingga dapat menampung sembilan pesawat Boeing 737-800 dan 737-900. Landas pacu dipertebal dari saat ini 36 PCN menjadi 45 PCN. Landas pacu dari 2.250 meter akan menjadi 2.650 meter sehingga dapat didarati Boeing 737-800 dan 737-900.
Hingga akhir Agustus nanti ada maskapai yang membuka rute penerbangan Makassar-Banyuwangi-Denpasar. Jika terwujud, mulai September 2017 dalam sehari ada enam penerbangan dari dan ke Blimbingsari dengan relasi Jakarta, Surabaya, Makassar-Denpasar. ”Dari rute-rute itu akan dicari peluang penerbangan langsung internasional. Mungkin ke Australia, Malaysia, atau Singapura. Penerbangan langsung dapat meningkatkan pariwisata di Banyuwangi,” kata Anas, Selasa (15/8), dihubungi di Banyuwangi.
Blimbingsari mulai beroperasi pada 2010. Sejak 2014, pemerintah daerah mengembangkan terminal baru dengan konsep ramah lingkungan dengan dana dari APBD Banyuwangi dan Jatim. Setahun setelah dibuka, jumlah penumpang pada 2011 cuma 7.900 orang. Namun, pada 2016 jumlah penumpang telah mencapai 113.000 orang.
”Bulan Agustus tahun depan, pengembangan Blimbingsari diharapkan selesai untuk mendukung pertemuan pada Oktober itu,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso, beberapa waktu lalu saat singgah di Banyuwangi.