logo Kompas.id
NusantaraPetani Kesulitan Remajakan...
Iklan

Petani Kesulitan Remajakan Lahan

Oleh
· 2 menit baca

INDRALAYA, KOMPAS — Belum membaiknya harga karet disertai turunnya produksi di Sumatera Selatan merupakan kesempatan bagi petani untuk meremajakan tanaman yang sudah tua. Sayangnya, selain kesulitan dana untuk melakukan peremajaan, petani juga tidak memiliki peralatan. Irwan (32), petani asal Kelurahan Payaraman Barat, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Senin (14/8), mengatakan, saat ini harga karet di tingkat pelelangan hanya Rp 8.000 per kg. Harga ini turun dibandingkan dengan pekan lalu yang mencapai Rp 8.200 per kg. Bahkan, petani yang tidak melalui mekanisme lelang hanya mendapatkan harga Rp 7.200 per kg. Selain harga turun, produksi karet juga anjlok lantaran musim gugur daun dan kemarau. Saat ini, produksi karet hanya 60 kg per hektar. Biasanya, Irwan bisa mendapatkan 100 kg per hektar. Biasanya bulan-bulan seperti ini menjadi kesempatan petani untuk meremajakan pertanaman karet. "Sebenarnya, kami hanya membutuhkan alat berat untuk mengolah lahan. Namun, sampai sekarang tidak ada bantuan sama sekali," katanya. Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Eddy menjelaskan, penurunan harga karet akibat berlebihnya pasokan di pasar karena tidak adanya pembatasan ekspor. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan pembatasan tanam di tiga negara penghasil karet, yakni Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Dengan pembatasan tanam ini, diharapkan terjadi perbaikan harga karet. KesulitanMenurut Alex, di tengah belum membaiknya harga, petani diharapkan melakukan peremajaan lahan karet. Tujuannya agar pada saat harga membaik produksi karet juga ikut melonjak. Hanya saja, petani mengalami kesulitan karena tidak memiliki modal. "Jangankan untuk peremajaan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari pun sulit," ujar Alex. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Arpian mengatakan, saat ini dari 1,3 juta hektar lahan karet di Sumatera Selatan, sekitar 40.000 hektar perlu diremajakan setiap tahunnya. Karena keterbatasan dana, kemampuan petani hanya 25.000 hektar per tahun. Akibat tidak optimalnya peremajaan, berpengaruh terhadap turunnya produksi. Sementara itu, Provinsi Jambi menginisiasi tumbuhnya industri-industri kompon vulkanisir. Langkah itu dilakukan sebagai siasat mengatasi persoalan harga karet yang terus melemah. Gubernur Jambi Zumi Zola mengatakan, Senin, pembangunan industri vulkanisir itu dilakukan melalui unit-unit pengolahan hasil (UPH). Salah satu yang baru selesai dibangun dan diresmikan adalah UPH vulkanisir ban di Desa Sungai Mengkuang, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo. (ITA/RAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000