Eks Kombatan dan Mantan Napi Terorisme Upacara di Tenggulun
Oleh
ADI SUCIPTO
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Sedikitnya 37 mantan kombatan dan 12 eks napi terorisme menggelar upacara peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur Kamis (17/8). Upacara yang digagas Yayasan Lingkar Perdamaian ini juga diikuti warga desa sekitar.
Semua petugas upacara merupakan mantan anggota teroris, mantan kombatan, dan eks napi teroris. Pemimpin upacara adalah Yusuf Anis alias Haris, mantan kombatan di Mindanao, Filipina. Pengibar bendera bagian tengah atau pembawa bendera merupakan mantan teroris yang terlibat baku tembak di Poso hingga kakinya pincang karena ada serpihan proyektil di kaki dan diamputasi. Pengibarnya adalah Indra, anak Amrozi, terpidana mati bom Bali 1, dan satu pengibar bendera lainnya adalah mantan napi teroris Abid alias Abu Atip yang dekat dengan Santoso.
Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) Ali Fauzi menjelaskan, bertindak sebagai inspektur upacara pelaksanaan detik-detik proklamasi adalah Kepala Kepolisian Resor Lamongan Ajun Komisaris Besar Juda Nusa Putra. Menurut Ali, upacara ini bagian dari proses memperbaiki diri dan bentuk kesungguhan mereka cinta Tanah Air dan setia kepada NKRI.
Seusai upacara, Ali Fauzi langsung sujud syukur karena upacara berlangsung khidmat dan lancar. Ali Fauzi kali ini turut berperan sebagai pembaca naskah proklamasi. ”Saya grogi. Khawatir ada yang salah,” katanya.
Upacara yang ia lakukan bersama mantan kombatan dan mantan teroris ini merupakan implementasi dari ikrar cinta Tanah Air beberapa waktu lalu yang ia lakukan bersama sekitar 50 mantan teroris. Ketika melaksanakan ikrar kembali ke NKRI, ia dan beberapa temannya sempat diragukan oleh sejumlah orang. Upacara ini merupakan salah satu jawaban bahwa mereka serius kembali ke pangkuan NKRI.
YLP belum dapat mengajak semua mantan kombatan dan eks teroris. Ali memahami kondisi psikologis mereka. ”Saya bersyukur mereka hadir di sini mendukung saya. Itu sudah prestasi luar biasa. Lambat laun, ke depan, seiring dengan proses yang terus berlangsung, mereka bisa lebih baik. Kami akan lebih berdayakan mereka dengan asah, asih, asuh,” tutur Ali.
Ali yakin mereka juga dapat mengubah stigma sebagai sampah masyarakat dengan perubahan signifikan supaya dapat berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. ”Tetapi, yang jelas, yang bergabung di YLP telah menyatakan setia kepada NKRI,” kata Ali.
Mustain, anak terpidana mati kasus Bom Bali 1, Amrozi, menambahkan, semuanya butuh proses. ”Kami berusaha menghilangkan dendam dari anak-anaknya,” katanya.
Kepala Polres Lamongan Juda Nusa Putra mengatakan, pihaknya mengapresiasi apa yang dilakukan YLP karena upacara itu merupakan langkah awal yang menunjukkan kalau para mantan teroris ini cinta Tanah Air. Ia berharap masyarakat juga menerima mereka kembali dan mendukung upaya YLP.
Upacara ini juga dapat memperlihatkan ke dunia luar kalau Lamongan yang dikenal sebagai kota yang melahirkan tokoh-tokoh terorisme ternyata dapat menjadi kota yang memperjuangkan perubahan yang positif. YLP yang didirikan langsung oleh mantan teroris diharapkan pula dapat merangkul semua pihak.