logo Kompas.id
NusantaraIngin Kembali ke Nusa Nipa
Iklan

Ingin Kembali ke Nusa Nipa

Oleh
· 3 menit baca

Lagu "Gemu Famire" ciptaan Nyong Franco bergema di pinggir pantai. Lagu berbahasa Sikka itu diputar saat para peserta Jelajah Sepeda Flores 2017 tiba di titik akhir perjalanan selama enam hari dari Maumere ke Labuan Bajo, Manggarai Barat, pada Kamis (17/8) sore. Saat rombongan Jelajah Sepeda Flores (JSF) berangkat dari Wai Rebo, jumlah anggota rombongan sebanyak 44 orang. Namun, saat mereka tiba di Labuan Bajo jumlah peserta membengkak menjadi 53 orang. Sebagian peserta, termasuk Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Royke Lumowa, bergabung di Bajawa, Kabupaten Ngada.Salah seorang peserta, Diah Kusumo Dewi, mengatakan, hal paling berkesan sepanjang perjalanan adalah keramahan warga di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. "Kami tidak menyangka warga di sini ramah-ramah. Mereka sering menegur lebih dulu. Saya pasti akan kembali ke sini," kata Diah. Peserta lain, Sarwidi, mengatakan, keramahan warga melengkapi keindahan Pulau Flores. Salah satu dari tiga pulau besar di Nusa Tenggara Timur itu dinilai sangat potensial menjadi tujuan wisata internasional. Flores punya pantai-pantai indah di pesisir utara dan selatan. Sementara di bagian tengah ada potensi agrowisata, gunung, danau, hingga budaya. Masalahnya, Flores terbentur persoalan keterbatasan infrastruktur. Jalan ke sejumlah tujuan wisata hancur. Sementara di sejumlah tempat wisata yang mulai ramai didatangi pelancong dari banyak negara sekalipun penginapan sulit dicari. "Hal itu pekerjaan rumah utama pemerintah jika ingin wisatanya lebih baik," ujarnya.Para peserta merasakan keramahan warga Flores sejak memulai perjalanan di Maumere. Hampir di setiap permukiman di pinggir jalan, orang-orang melambaikan tangan dan bersorak setiap kali peserta lewat. Sejumlah orang segera mendekat dan bercengkerama saat peserta JSF berhenti di beberapa tempat.Tiga ayamKeramahan warga tidak hanya diwujudkan dalam sapaan sehari-hari. Sepanjang perjalanan, ada tiga upacara adat untuk menyambut peserta. Di setiap upacara adat, tuan rumah memberikan seekor ayam jantan putih kepada peserta. Dengan tiga kali upacara, rombongan peserta mendapat tiga ayam.Sejak pertama kali mendapat ayam pada Selasa (15/8), di Manggarai Timur, para peserta JSF sudah bingung. Kebingungan peserta semakin bertambah saat mendapat ayam ketiga pada Kamis (17/8), di Manggarai Barat. Sumber utama kebingungan adalah belum ada jawaban atas pertanyaan akan dikemanakan ayam-ayam itu?Ayam kedua diterima saat peserta dijamu Bupati Manggarai Deno Kemelus di rumah dinasnya. Deno mengatakan, sebenarnya semua tamu harus dipangku tuan rumah. Akan tetapi, tidak mungkin tuan rumah memangku para tamu, terutama saat ramai. Karena itu, pemangkuan disimbolkan dengan ayam. "Semua tamu, dari mana pun datangnya, diterima dengan tangan terbuka. Flores, khususnya Manggarai, siap menyambut tamu dari mana saja," kata Deno Kemelus. Ayam ketiga didapat saat peserta tiba di Labuan Bajo. Ayam ketiga menutup penjelajahan selama enam hari di pulau yang sebelum abad ke-17 bernama Nusa Nipa itu. Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat Theodorus Suardi mengatakan, JSF penting membantu promosi wisata Flores di dalam negeri. Selama ini Flores lebih dikenal pelancong asing. Hal itu dibuktikan dengan 80.000 wisatawan mancanegara bertandang ke Flores pada 2016. Sementara pada periode yang sama, jumlah pelancong domestik yang pelesir ke Flores hanya 30.000 orang. (DRI/RAZ)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000