logo Kompas.id
NusantaraBulog Diminta Serap Gula...
Iklan

Bulog Diminta Serap Gula Petani

Oleh
· 3 menit baca

SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah turun tangan untuk menyelesaikan kisruh pergulaan yang menyebabkan harga anjlok. Kementerian Koordinator Perekonomian menunjuk Perum Bulog untuk menyerap gula petani. Gula yang diserap merupakan gula dengan Standar Nasional Indonesia dengan harga pembelian Rp 9.700 per kilogram (kg) tanpa dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 persen. Ketetapan itu menjadi kesepakatan antara Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Kementerian Koordinator Perekonomian, dan Perum Bulog dalam rapat terbatas, Selasa (15/8), di Kemenko Perekonomian. Menurut Ketua Dewan Pembina Arum Sabil di Surabaya, Jumat (18/8), ada empat kesepakatan dari tiga pihak tersebut. Pertama, Bulog ditugaskan untuk menyerap gula petani. Kedua, harga pembelian Bulog ditetapkan Rp 9.700 per kg tanpa dikenai PPN 10 persen. Ketiga, gula yang diserap merupakan gula yang masuk dalam kategori Standar Nasional Indonesia. Terakhir, jika pihak lain yang berkenan membeli gula petani di atas Rp 9.700 per kg, Bulog tidak berkewajiban menyerap gula tersebut. Penunjukan Bulog, menurut Arum, sangat tepat karena memberikan kepastian harga kepada petani tebu. Sebab, sejak giling pertama pada akhir Mei, lelang gula petani dihargai sangat rendah. Bahkan, berada di bawah harga pokok produksi. Beberapa lelang pun dibatalkan karena petani menolak harga yang terlalu rendah. "Pemerintah perlu turun tangan agar masalah gula tidak berlarut-larut," katanya.Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia Nur Khabsyin mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan penyerapan gula petani oleh Bulog. Selain itu, segera menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang pembebasan PPN 10 persen terhadap komoditas tebu. Jika terus dibiarkan, petani tebu harus merugi dan tak bergairah lagi menanam tebu."Kami berencana melakukan demonstrasi ke Istana Negara di Jakarta untuk meminta Presiden turun tangan menyelesaikan polemik petani tebu," katanya.Surat perintahKepala Perum Bulog Divisi Regional Jatim Usep Karyana mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi penugasan untuk menyerap gula petani. Namun, sampai saat ini surat perintah dari Bulog pusat terkait dengan besaran anggaran untuk menyerap gula petani belum ada. Gula yang akan diserap akan disesuaikan dengan penunjukan dari pusat. Gula itu biasanya didistribusikan ke daerah yang kekurangan gula, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur.Fluktuasi harga gula yang cenderung rendah menyebabkan petani tebu di Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ponorogo merugi belasan juta rupiah per hektar pada musim giling 2017. Mereka kehilangan semangat menanam karena makin memperparah kondisi ekonomi petani. Mereka sebelumnya sudah menanggung rugi akibat anomali cuaca. "Hingga pertengahan Agustus ini, masih banyak lahan tebu yang dibiarkan kosong. Seharusnya musim tanam berlangsung sejak Juni lalu," ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia PG Pagotan Madiun Muhammad Tasir Hadi Sumarto.Sudiro, petani tebu lainnya, menambahkan, pihaknya butuh kepastian usaha karena beban ekonomi keluarga semakin tinggi. Beberapa tahun lalu, petani tebu memiliki prospek bagus. Sebagai gambaran, bulan April mereka menerima dana talangan dari pabrik gula untuk modal tanam tebu.Bulan Juni, petani mulai menanam tebu. Masa panen akan berlangsung mulai Juni tahun depan hingga September bersamaan dengan masa giling. Maksimal bulan Desember, petani sudah menerima bagi hasil gula yang diproduksi dan mengembalikan dana talangan kepada perusahaan.Jumlah petani di PG Pagotan mencapai sekitar 700 orang dengan penguasaan lahan tebu sekitar 2,6 juta ha. Petani tebu itu tersebar di Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ponorogo. Sekitar 40 persen petani tebu saat ini berpikir ulang untuk kembali menanam. Sebagian kecil petani bahkan beralih ke komoditas lain seperti padi dan hortikultura. (ETA/SYA/NIK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000