MEDAN, KOMPAS — Sekitar 50 anak mengikuti lomba menggambar dan mewarnai orangutan di Taman Ahmad Yani, Medan, Sumatera Utara, Minggu (20/8/2017). Kegiatan itu untuk memperkenalkan semangat konservasi kepada anak-anak agar kecintaan mereka pada lingkungan tumbuh sejak usia dini.
Selain lomba, anak-anak juga mendengarkan dongeng orangutan dari buku berjudul ”Tersesat di Kebun”. Kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) itu dilakukan untuk memperingati Hari Orangutan Internasional yang jatuh pada 19 Agustus.
Sejak pukul 08.00 WIB, anak-anak beserta orangtuanya sudah berdatangan ke taman. Mereka bersemangat mengikuti setiap kegiatan. Para pengunjung juga asyik berfoto di poster-poster orangutan yang dipajang di lingkungan taman.
Direktur YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo mengatakan, anak-anak sekarang akan menjadi penentu kebijakan konservasi pada masa yang akan datang. Memperkenalkan konservasi pada anak-anak juga investasi jangka panjang. Kecintaan mereka pada lingkungan bahkan harus ditumbuhkan sejak dini untuk menumbuhkan kesadaran pada pentingnya konservasi lingkungan.
Panut mengatakan, spesies orangutan Sumatera (Pongo abelii) kini statusnya terancam punah. Dalam 100 tahun terakhir, populasi orangutan menyusut hingga 86 persen karena kerusakan ekosistem hutan dan perburuan liar. Kini populasi orangutan Sumatera yang hidup di alam liar hanya sekitar 14.613 individu. ”Jika laju kerusakan tidak dihentikan, populasi orangutan akan terus menyusut dan kami perkirakan pada tahun 2030 hanya sekitar 10.000 individu,” katanya.
Menurut Panut, kerusakan ekosistem orangutan terjadi karena ekspansi perkebunan kelapa sawit sangat masif. Pada tahun 1950-2000, sebanyak 4,58 juta hektar hutan di Sumatera beralih fungsi terutama menjadi perkebunan sawit. Alih fungsi hutan ini membuat 49 persen hutan Sumatera telah rusak.
Selain karena kerusakan ekosistem, kata Panut, penurunan populasi orangutan juga disebabkan perburuan liar dan perdagangan ilegal orangutan.