YOGYAKARTA, KOMPAS – Badan SAR Nasional terus memperkuat kerja sama dengan otoritas SAR Malaysia dalam penanganan kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan kedua negara. Kerja sama itu penting agar peristiwa kecelakaan atau bencana di daerah perbatasan bisa tertangani dengan cepat dan efektif oleh petugas SAR terdekat.
“Kegiatan kerja sama antara Indonesia dan Malaysia ini untuk membangun kesiapan pelayanan SAR kepada masyarakat untuk menghadapi situasi kecelakaan atau bencana,” ujar Direktur Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional (Basarnas) Didi Hamzar dalam Rapat Kelompok Kerja SAR Malaysia-Indonesia ke-54, Senin (21/8/2017) di Yogyakarta.
Didi menjelaskan, kerja sama SAR antara Indonesia dan Malaysia difokuskan pada penanganan kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan kedua negara. Menurut Didi, dalam penanganan kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan, Indonesia tidak bisa bekerja sendiri. Kerja sama dengan negara tetangga, termasuk Malaysia, perlu dibangun agar tiap kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan bisa tertangani dengan baik.
“Jadi, seandainya ada kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan, kedua negara bisa bekerja sama untuk sesegera mungkin menghadirkan bantuan SAR untuk menyelamatkan atau meminimalkan risiko orang yang mengalami kecelakaan atau bencana,” ujar Didi yang merupakan Ketua Delegasi Indonesia dalam Rapat Kelompok Kerja SAR Malaysia-Indonesia ke-54.
Dia menambahkan, dengan adanya kerja sama itu, Indonesia dan Malaysia bisa saling meminta bantuan dalam operasi SAR di daerah perbatasan. Dengan begitu, operasi SAR bisa dilakukan secara cepat dan efektif sehingga korban kecelakaan atau bencana di wilayah perbatasan bisa segera mendapat bantuan. “Misalnya saja, ada kejadian di wilayah perbatasan, kita akan infokan lokasinya lalu kita lihat unsur SAR mana yang lebih dekat untuk dikerahkan, baik dari Malaysia maupun Indonesia,” tuturnya.
Dalam kerja sama itu, Indonesia dan Malaysia juga menggelar latihan SAR gabungan secara rutin, misalnya, dalam hal penanganan kecelakaan pelayaran maupun kecelakaan penerbangan. Sampai saat ini, kata Didi, kecelakaan yang kerap terjadi di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia adalah kecelakaan pelayaran terutama melibatkan nelayan.
Didi menambahkan, tahun depan, akan ada latihan gabungan antara Kantor SAR Medan, Sumatera Utara, dengan otoritas SAR di wilayah Subang, Malaysia. “Latihan itu untuk meningkatkan kualitas operasi SAR maupun kedekatan unsur SAR kedua negara,” katanya.
Didi menyatakan, kerja sama SAR antara Indonesia dan Malaysia tidak terganggu dengan hubungan kedua negara yang kadang diwarnai masalah. Sebab, kerja sama SAR Indonesia-Malaysia sama sekali tidak berkait dengan masalah politik kedua negara. “Kegiatan kerja sama SAR antara Indonesia dan Malaysia ini tidak berkait dengan unsur politik,” ujarnya.
Ketua Delegasi Malaysia dalam Rapat Kelompok Kerja SAR Malaysia-Indonesia ke-54, Addyhanis bin Ahamad, menuturkan, kerja sama SAR Indonesia dan Malaysia sudah lama terbangun dan tidak pernah mengalami masalah. Dia menambahkan, kerja sama itu sangat penting agar unsur SAR di Malaysia dan Indonesia bisa melakukan operasi gabungan terkait kecelakaan atau bencana yang melibatkan kedua negara.
Addyhanis menambahkan, unsur SAR di kedua negara juga selalu berkomunikasi secara rutin tentang berbagai persoalan. “Jadi, walaupun tanpa ada rapat begini, kami berhubung (berkomunikasi) melalui telepon dan lain-lain,” tuturnya.