logo Kompas.id
NusantaraBiota Laut di Teluk Kayeli...
Iklan

Biota Laut di Teluk Kayeli Diteliti

Oleh
· 3 menit baca

SAUMLAKI, KOMPAS — Tim Universitas Pattimura, Ambon, Minggu (20/8), mengambil sampel di Teluk Kayeli, Kabupaten Buru, Maluku, muara sejumlah sungai tempat pembuangan limbah pengolahan emas menggunakan merkuri. Teluk tempat ikan bertelur sebelum berkembang biak dan menyebar ke sejumlah perairan itu diduga kini tercemar."Hari ini ada delapan titik di Teluk Kayeli yang menjadi tempat pengambilan sampel," kata Abraham Mariwy, dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura, saat dihubungi dari Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Minggu. Abraham bersama seorang dosen lain dan empat mahasiswa terlibat penelitian itu.Sampel yang diambil di Teluk Kayeli meliputi air, sedimen, ikan, kepiting, udang, serta akar dan daun mangrove. Sejak 2011, pengolahan emas dari tambang liar di Gunung Botak dan Gunung Nona menggunakan merkuri. Di Teluk Kayeli terdapat hutan mangrove yang menjadi tempat bertelur ikan. Setelah menetas, ikan-ikan bergerak ke Laut Banda dan perairan lain. Abraham dan tim khawatir pencemaran itu berdampak terhadap masa depan perikanan tangkap nasional. Data Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku menyebutkan, potensi perikanan tangkap di Maluku 3,03 juta ton per tahun atau 30,76 persen potensi perikanan tangkap nasional.Jika terbukti ikan yang diekspor ke pasar dunia mengandung merkuri, Indonesia bisa masuk dalam daftar hitam. Gubernur Maluku Said Assagaff kepada Kompas, Jumat lalu, menyatakan dukungannya terhadap penelitian itu. Jangan sampai kasus Minamata terjadi di Maluku.Menurut Abraham, tim akan ke Desa Grandeng, Kecamatan Lolong Guba, yang juga di Kabupaten Buru, Senin (21/8). Mereka akan mengambil sampel di air Sungai Waipemali, saluran irigasi, dan tanaman pangan di areal pertanian yang diduga tercemar limbah tambang emas. Ada 236 hektar sawah di desa itu tercemar limbah. Pelatihan lingkunganSementara itu, di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) menggelar pelatihan bagi anak muda untuk mengawal isu lingkungan. Pendeta Herman R Tupan, Ketua AMGPM Daerah Tanimbar Selatan mengatakan, kerusakan lingkungan menjadi isu utama yang dipantau Gereja Protestan Maluku. Salah satunya kerusakan lingkungan di Pulau Buru.Karena itu, AMGPM melatih kadernya untuk membantu mengadvokasi masalah lingkungan, termasuk menyuarakan temuan di lapangan lewat media sosial atau media arus utama. Gereja juga dapat menempuh jalur hukum atas dugaan kejahatan lingkungan. Sebanyak 10 pendeta di Tanimbar telah mengikuti pelatihan tentang analisis mengenai dampak lingkungan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (FRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000