Polisi Selidiki Keterkaitan Perampokan Toko Emas di Tulungagung dengan Terorisme
Oleh
Ambrosius Harto Manumoyoso
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tim penyidik Polri menyelidiki keterkaitan jaringan terorisme dalam perampokan toko emas Al-Hikmah di Pasar Bendilwungu, Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (20/8) pukul 07.45.
Toko emas di Pasar Bendilwungu, sekitar 11 kilometer dari pusat kabupaten, dirampok empat lelaki bersenjata dan bersepeda motor. Perampokan terjadi antara pukul 07.45 dan pukul 07.50. Berbagai perhiasan diperkirakan seberat 3 kilogram dan senilai lebih dari Rp 1 miliar dibawa kabur oleh komplotan itu ke arah Blitar di timur.
Sampai dengan Senin (21/8) siang, keempat pelaku belum ada yang tertangkap. Tim penyidik Kepolisian Resor Tulungagung dibantu Kepolisian Daerah Jawa Timur telah disebar untuk memburu para pelaku. Sejumlah daerah di sekitar Tulungagung, yakni Blitar, Kediri, dan Trenggalek, telah ditelusuri untuk memburu komplotan bersenjata itu.
Berani dan terbuka
Adapun dugaan keterkaitan terorisme mengemuka antara lain dilihat dari cara perampokan yang amat berani dan terbuka. Perampokan terjadi saat pasar sudah ramai oleh lalu lalang warga, sedangkan toko emas baru akan dibuka. Toko dengan empat pegawai itu sehari-hari membuka pelayanan mulai pukul 08.00.
”Keterkaitan dengan terorisme tentu kami dalami bersama dengan lembaga lainnya,” kata Wakil Kepala Polres Tulungagung Komisaris I Dewa Gde Juliana yang dihubungi dari Surabaya.
Dari olah tempat kejadian perkara dan pemeriksaan terhadap delapan saksi diketahui, saat pegawai baru membuka toko dan belum ada pelanggan atau pembeli tiba-tiba datang empat lelaki berhelm, membawa tas, mengacungkan pistol, dan mengancam akan membunuh. Ditodong pistol dan terancam ditembak, pegawai ketakutan dan tak melawan.
Perampok dengan cepat dan leluasa menguras seluruh perhiasan dari dalam meja pajang lalu kabur dengan menaiki dua sepeda motor ke arah Blitar. Aksi berlangsung cuma dalam waktu 3-4 menit.
Perampokan diketahui sejumlah orang yang berada di sekitar toko emas. Warga tak berani melawan atau membekuk komplotan karena melihat perampok bersenjata. Selain itu, perampok sebelum pergi mengacungkan pistol dan mengancam warga di dekat TKP. Namun, ada warga yang dengan diam-diam berhasil memotret komplotan itu sebelum kabur.
Foto-foto dari saksi amat membantu tim penyidik untuk mengungkap identitas perampok. Pasar yang melayani Kecamatan Bendilwungu itu berjarak hampir 11 kilometer dari kantor Polres Tulungagung di pusat keramaian kabupaten di Jatim bagian selatan itu. Dari foto-foto, sepeda motor komplotan adalah Suzuki Satria putih-biru bernomor polisi AG 6171 RAP dan Yamaha V-Ixion biru bernomor polisi H 5692 HYG.
Pengendara Satria berhelm hitam, berjaket merah, bercelana panjang jins biru, dan membawa tas hitam-merah. Yang dibonceng berhelm hitam dengan motif grafis biru muda-putih, berkaus hitam keabu-abuan, bercelana panjang jins biru, bertas merah-hitam, dan tangan kanan memegang pistol abu-abu keperakan.
Pengendara V-Ixion berhelm hitam dengan motif grafis hijau muda-putih, berkaus hitam, bercelana pendek jins biru, dan bertas hitam. Yang dibonceng berhelm hitam, berkaus putih, bercelana panjang jins biru, bertas hitam, dan tangan kanan membawa pistol.
”Pelaku tidak memakai penutup wajah, tetapi wajah mereka tidak terlihat jelas dari foto dan rekaman video kamera pemantau toko emas,” kata Dewa.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim Komisaris Besar Barung Mangera mengatakan, penyelidikan kasus itu dilaksanakan secara profesional. Tim penyidik mendalami berbagai kemungkinan motif, termasuk dugaan keterlibatan pelaku dalam jaringan terorisme.
Dari catatan Kompas, pada kurun 2015-2016, perampokan toko emas juga pernah terjadi di Blitar dan Trenggalek. Seperti kejadian terkini, perampokan terjadi di pasar desa atau kecamatan, bukan di pasar utama di pusat kota atau kabupaten.
Mungkin ini terkait minimnya fasilitas teknologi pengawasan yang dipasang oleh pengelola pusat belanja tradisional itu. Kesadaran pemilik kios usaha untuk memasang kamera pengawas akan amat membantu jika terjadi kasus kejahatan di pasar tradisional.
Dari pengalaman terdahulu kurun 2011-2013, perampokan toko emas dan bank di Medan, Bekasi, dan Tangerang, sejumlah pelaku yang tertangkap mengakui melakukan itu sebagai cara penggalangan dana untuk terorisme. ”Masih kami selidiki, termasuk ke arah sana,” kata Barung. (BRO)