Diawali Kluster, Lamongan Ingin Produksi Varietas Kedelai Unggul
Oleh
ADI SUCIPTO
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Bank Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, telah menjalin kerja sama untuk membentuk kluster kedelai sejak tahun 2015. Saat ini, di Lamongan sudah ada kluster khusus yang memproduksi benih kedelai unggul varietas Grobogan seluas 4 hektar di Desa Kedungbanjar, Kecamatan Sugio.
Benih unggul tersebut akan digunakan untuk pengembangan kluster pertanian kedelai seluas 75 hektar di empat kecamatan, yakni Sugio, Tikung, Kedungpring, dan Modo.
Bupati Lamongan Fadeli menyampaikan apresiasinya terhadap langkah BI Perwakilan Jatim yang bekerja sama dengan Pemkab Lamongan. ”Upaya itu bisa mendorong Lamongan sebagai lumbung pangan nasional. Selanjutnya, kami ingin Lamongan memproduksi benih kedelai unggul varietas Lamongan sendiri,” ujarnya, Selasa (22/8), di Lamongan.
Keinginan itu juga didasari perkembangan komoditas kedelai di Lamongan yang meningkat selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan, tahun 2015 produksi kedelai mencapai 28.000 ton dan pada 2016 sebanyak 42.000 ton.
Tahun 2017, luas tanam hingga Juli terealisasi 11.279 hektar dari target 15.090 hektar. Sebanyak 8.802 hektar telah dipanen dari target luas panen 15.088 hektar. Hasil panen hingga Juli mencapai 17.668 ton, dengan produktivitas rata-rata 2,007 ton per hektar.
Kepala Kelompok Pendampingan dan Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Jatim Herawanto menuturkan, kedelai merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi. Sebab, sejumlah makanan, seperti tahu dan tempe, yang berbahan kedelai menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari. Selama ini pasokan kedelai ditopang oleh produk impor sehingga naik turunnya harga berpengaruh pada inflasi.
Setelah diidentifikasi, Lamongan merupakan salah satu penyangga kedelai di Jatim dan nasional. ”Oleh karena itulah, kami menjalin kerja sama sebagai salah satu upaya mengendalikan inflasi lewat kluster kedelai,” kata Herawanto.
Rumah Kedelai
Sebelumnya, pada 25 September 2016 telah dibangun dan diresmikan fasilitas penunjang pertanian, Rumah Kedelai, di Bakalanpule, Kecamatan Tikung. Rumah itu dilengkapi fasilitas produksi tempe higienis, pusat pelatihan, pembuatan tepung pakan ternak dari limbah kedelai, hingga pusat pembenihan kedelai.
Program Rumah Kedelai dimaksudkan untuk dapat menjaga ketersediaan kedelai sehingga harganya stabil. Rumah Kedelai diharapkan dapat membantu kesejahteraan petani. Mereka juga dilatih membuat variasi produk makanan berbahan kedelai dan turunannya agar punya nilai tambah dan mendorong tumbuhnya industri kecil.
Sebelum ada program kluster, benih kedelai yang selama ini digunakan di Lamongan adalah varietas Wilis dengan produksi 1,4 ton per hektar. Petani dikenalkan pada varietas Grobogan melalui program sosial BI yang bisa menghasilkan 2,5 ton per hektar. Program kluster itu memanfaatkan lahan sekitar 20 hektar untuk percontohan di Tikung, Kedungpring, dan Sugio.
Ternyata hasilnya bagus sehingga dilanjutkan dengan pendirian Rumah Kedelai. Di Rumah Kedelai dihasilkan tempe higienis. Tepung limbah kedelai dijadikan pakan ternak. Rumah Kedelai juga menjadi pusat pelatihan terkait kedelai dan produk turunannya serta menjadi pusat pembenihan.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan Aris Setiadi menyebutkan, kluster kedelai dimulai sejak 3 Juli 2015. Pengembangan awal kluster kedelai antara lain di Desa Nglebur, Kecamatan Kedungpring, seluas 5 hektar, di Desa Kedungbanjar, Kecamatan Sugio (10 hektar), ditambah di Desa Takeranklanting, Kecamatan Tikung (5 hektar).
BI memberikan bantuan tenaga pendampingan bantuan teknis, bantuan bibit varietas Grobogan 60 kilogram per hektar, serta sarana prasarana produksi pertanian, termasuk pupuk. Hasilnya bisa mencapai 2,5 ton per hektar dari perkiraan produksi 2 ton per hektar.
Pembentukan kluster kedelai diharapkan dapat menambah ketersediaan kedelai sebagai salah satu komoditas strategis nasional dan sumber protein nabati.