BALIKPAPAN, KOMPAS — Seekor lumba-lumba tanpa sirip belakang (finless porpoise) ditemukan mati terdampar di pesisir pantai Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (22/8) malam. Ini mamalia ketujuh yang diketahui mati terdampar di pesisir Kaltim dalam dua tahun terakhir.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak Satuan Kerja Balikpapan Ricky belum bisa memastikan penyebab mamalia tersebut mati. Penyebab pasti kematian memerlukan analisis laboratorium. Namun, kondisi satwa tersebut sudah membusuk saat ditemukan.
”Sudah mati 5-6 hari sebelum ditemukan mati terdampar. Sudah berbau menyengat dan ususnya terburai. Karena itu jenis kelaminnya pun sudah tidak bisa diketahui. Jika diambil sampel, idealnya sesaat setelah satwa mati atau paling lama tiga hari,” ujar Ricky.
Lumba-lumba tanpa sirip belakang itu ditemukan mengapung di perairan Melawai, Balikpapan. Panjang tubuhnya 133 cm, dengan lingkar tengah 80 cm dan lingkar kepala 50 cm. Lumba-lumba kemudian ditarik ke arah pantai. Diperkirakan lumba-lumba itu berusia remaja.
Malam itu juga tim BPSPL bersama sejumlah instansi menguburkan bangkai mamalia bernama Latin Neophocaena phocaenoides tersebut.
Ricky masih menganalisis data yang dikumpulkan. Ada beberapa dugaan terkait kemungkinan terdamparnya lumba-lumba itu hingga ke pesisir, misalnya pencemaran fisik seperti sampah, kekurangan pakan, perubahan iklim, dan polusi suara. Apalagi, Teluk Balikpapan merupakan kawasan yang ramai.
”Melihat kondisi fisik lumba-lumba ini, tidak ada bekas gigitan atau lubang. Jadi, sepertinya bukan karena hiu. Lumba-lumba juga bisa mati alami. Namun, tampaknya itu juga bukan karena masih remaja. Yang pasti, tidak mungkin mamalia sengaja terdampar,” tutur Ricky.
Hal senada disampaikan Koordinator Forum Peduli Teluk Balikpapan Husein. Teluk Balikpapan seluas 150 km persegi yang berada di tiga daerah, yakni Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai Kartanegara, ini bukan lagi ”rumah” ideal bagi satwa.
”Pembangunan kawasan industri, terutama di Balikpapan, marak. Pembangunan jembatan (Pulau Balang) juga. Belum lagi hilir mudik kapal dan sampah dari mana saja. Kawasan Teluk Balikpapan sudah tidak lagi nyaman, bahkan mengancam lumba-lumba,” kata Husein.