PASURUAN, KOMPAS — PT Pelayaran Nasional Indonesia menginginkan fleksibilitas rute tol laut. Mereka ingin kapal tol laut bisa singgah di tempat-tempat luar Jawa yang tidak masuk dalam rute tol laut, tetapi berpotensi menambah muatan saat kembali ke Jawa.
Vice President Pemasaran Kapal Tol Laut dan Ternak PT Pelni Didik Dwi Prasetio, di sela-sela kegiatan Shipper Gathering di Taman Dayu, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (25/8), mengatakan, muatan kapal tol laut saat berangkat dari Jawa bisa 80-90 persen. Namun, ketika kembali, isi muatan tidak pernah lebih dari 20 persen.
”Sebenarnya ada daerah-daerah yang memiliki potensi muatan tol laut, tetapi tidak dilewati, seperti Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di daerah ini, ada potensi muatan garam ke Jawa, tetapi tidak ada trayek tol laut yang ke sana,” ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya meminta Kementerian Perhubungan memberikan fleksibilitas rute tol laut agar dapat singgah ke pelabuhan-pelabuhan yang berpotensi memiliki muatan. Jika kuota muatan tidak penuh, subsidi kepada kapal tol laut tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, tahun ini, PT Pelni mendapat subsidi sebanyak 115 kontainer tiap kapal dalam satu kali perjalanan. Subsidi yang diberikan sebanyak Rp 226 miliar.
Untuk melaksanakan program tol laut, PT Pelni melayani 7 trayek dari 13 trayek yang ada. Setiap trayek dilayani satu kapal yang memiliki kapasitas 150-250 kontainer.
Rute yang dilayani adalah Pelabuhan Tanjung Perak-Dompu-Maumere-Larantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu. Kemudian, ada rute Tanjung Perak-Kisar-Saumlaki-Dobo-Merauke. Selanjutnya, rute Tanjung Perak-Kisar-Namrole dan rute Tanjung Perak-Fakfak-Kaimana-Timika.
Selain itu, ada juga rute Makassar-Tahuna-Lirung-Morotai dan rute Makassar-Manokwari-Wasior-Nabire-Serui-Biak. Terakhir, ada rute Tanjung Priok-Tarempa-Natuna.
”Sekali pelayaran membutuhkan waktu 20 hingga 28 hari. Kapal akan berangkat sesuai jadwal meskipun muatan tidak terisi penuh,” ujar Didik.