logo Kompas.id
NusantaraJawa Barat Perlu Berinovasi
Iklan

Jawa Barat Perlu Berinovasi

Oleh
· 2 menit baca

BANDUNG, KOMPAS — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencari daya tarik baru di sektor perindustrian. Tujuannya untuk mencegah pengusaha pindah ke daerah lain sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi yang ada."Misalnya dengan menawarkan akses infrastruktur yang bagus dan dekat dengan Ibu Kota. Hal itu diyakini bisa membuat pelaku industri tetap berinvestasi di Jabar," kata Bambang dalam kuliah umum bertema "Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional" di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (25/8). Bambang menilai eksodus industri padat karya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah merupakan sesuatu yang wajar. Alasannya, pengusaha terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi beban produksi. "Namun, dengan sejumlah inovasi, hal itu bisa dicegah," lanjut Bambang. Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat mengkhawatirkan eksodus industri padat karya di bidang garmen dari Jabar menuju Jateng. Dipicu ongkos buruh yang makin tinggi, kondisi itu dikhawatirkan menurunkan nilai ekspor industri padat karya dari Jabar. "Pemicunya adalah tingginya ongkos buruh. Di Jawa Barat, ongkosnya jauh lebih tinggi ketimbang Jateng," kata Ketua Apindo Jabar Deddy Widjaja.Deddy menjelaskan, banyak perusahaan industri padat karya, seperti pabrik garmen di Bogor, Depok, Bekasi, dan Karawang pindah ke Jawa Tengah tahun ini. Mereka pindah setelah melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawannya di Jabar.Sejak akhir 2016 hingga Juni 2017, ada sekitar 30.000 buruh garmen berorientasi ekspor dari Jabar melakukan pemutusan hubungan kerja dan mengalihkan usahanya ke Jateng. Jika satu perusahaan mempekerjakan 1.000 orang, maka ada 30 perusahaan yang pergi dari Jabar.Tahun 2017, besaran upah minimum regional (UMR) di Jabar berkisar Rp 1,43 juta-Rp 3,601 juta. Adapun UMR di Jateng Rp 1,370 juta-Rp 2,125 juta.Kondisi itu memicu penurunan nilai ekspor khususnya manufaktur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jabar, nilai ekspor pakaian jadi bukan rajutan Jawa Barat pada Januari-Juni 2017 turun 10,01 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dari sebelumnya 815,33 juta AS dollar atau sekitar 10,59 triliun menjadi 733,68 juta AS dollar atau sekitar Rp 9,53 triliun. Selain itu, industri tekstil Jabar pada triwulan II tahun 2017 merosot 26,38 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.Deddy berharap pemerintah mengatur wilayah berbeda untuk industri padat karya dan modal. "Industri padat karya bisa menyerap banyak tenaga kerja karena upahnya lebih rendah ketimbang industri padat modal," ujar Deddy. (BKY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000