Dipantau, 20 Desa Rawan Krisis Air Bersih di Malang
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Mengantisipasi puncak musik kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur, terus memantau 20 desa di 10 kecamatan yang rawan krisis air bersih. Setiap musim kemarau, desa tersebut biasanya mengajukan permintaan bantuan air bersih bagi warganya.
Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Denny Eko Setiawan, Senin (28/8/2017), mengatakan, ke-20 desa yang rawan krisis air bersih ada di Kecamatan Singosari, Kalipare, Pagak, Donomulyo, Lawang, Jabung, Sumbermanjing Wetan, Sumberpucung, Bantur, dan Gedangan.
”Kecuali tahun 2016, permintaan bantuan air bersih selalu mengalir dari desa-desa tersebut. Tahun 2016, kami tidak memberikan bantuan air karena saat itu kemarau basah,” ujarnya. Tahun 2017 ini, BPBD Kabupaten Malang menyiapkan dana Rp 2,7 miliar untuk menangani semua bencana alam, termasuk kekeringan dan krisis air.
Menurut Denny, hingga akhir Agustus tahun ini pihaknya belum menerima permintaan bantuan air dari masyarakat. Namun, BPBD telah bersiap apabila sewaktu-waktu permintaan datang. Persiapan yang dilakukan antara lain dengan mendirikan posko laporan bencana kekeringan 24 jam di depan kantor BPBD dan menyiapkan empat truk tangki.
”Mengapa mereka belum minta bantuan? Kemungkinan karena kemarau tahun ini masih ada hujan. Selain itu, ada beberapa desa yang telah memiliki fasilitas penampung air sehingga mereka tidak lagi mengalami krisis air seperti tahun-tahun sebelumnya,” ucapnya.
Sementara itu, dalam hal pertanian, puncak kemarau membuat sebagian petani di Kabupaten Malang terpaksa menunda mengolah tanah. Lahan mereka tak mendapatkan aliran irigasi yang mencukupi. Mereka pun masih membiarkan lahannya dipenuhi rumput. Pemandangan seperti ini banyak terlihat antara lain di Kecamatan Kepanjen, Gondanglegi, hingga Pagelaran.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Nasri Abdul W mengatakan, sejauh ini belum ada laporan mengenai adanya lahan pertanian yang terancam gagal panen akibat kekeringan. Memang ada beberapa wilayah yang terpengaruh oleh perbaikan saluran irigasi, seperti di Kepanjen.
Terkait petani yang menunggu waktu untuk mengolah lahan, menurut Nasri, hal itu biasa terjadi saat kemarau tiba. Kondisi ini diperkirakan tidak akan mengganggu luasan tanam. Tahun ini Kabupaten Malang menargetkan luas tanam padi 88.000 hektar atau lebih luas dari tahun 2016 yang hanya 74.443 hektar.