KENDAL, KOMPAS — Sejumlah daerah di Jawa Tengah bagian utara seperti Kabupaten Kendal, Demak, dan Brebes dilanda kekeringan. Warga pun kesulitan air bersih. Mereka terpaksa membeli, meminta kepada tetangga, hingga memanfaatkan air sungai irigasi.
Salah satu desa terdampak di Kendal ialah Desa Jatirejo, Kecamatan Ngampel. Sebagian warga bisa memanfaatkan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kendal, tetapi sebagian warga lagi tak mendapatkan air. Sungai irigasi yang agak keruh pun menjadi pilihan terakhir.
Sujiyati (56), warga Desa Jatirejo, Senin (28/8), mengatakan, dalam sebulan terakhir air PDAM hanya mengalir sore dan malam hari. ”Air hanya keluar pukul 17.00 atau 19.00 hingga 07.00 pagi. Mau tidak mau saya harus menampung air di ember saat malam hari” kata Sujiyati.
Warga lainnya, Supriadi (42), menuturkan, air PDAM tak mengalir sejak enam bulan lalu. Selama ini dirinya memanfaatkan air sungai irigasi yang terletak 10 meter dari rumahnya untuk mandi dan mencuci. Untuk masak dan minum, dirinya meminta kepada tetangga yang menggunakan pompa jet atau terkadang membeli.
Saat musim kemarau, air sungai yang bersumber dari Kali Blorong tersebut agak surut serta kondisinya mengeruh. ”Namun, mau tidak mau saya tetap pakai untuk mandi dan cuci. Kalau untuk minum minta tetangga atau beli air Rp 4.000 per galon untuk dua hari,” ujar Supriadi.
Berdasarkan pantauan, warna air sungai dengan lebar 2,5 meter tersebut agak kehijauan. Namun, sejumlah warga beberapa kali mengambil air dari jaringan irigasi itu dengan ember. Ada pula selang serta pipa yang tersambung dari sungai itu ke rumah-rumah warga.
Kepala Seksi Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal Syaeful Huda mengatakan, Desa Jatirejo sejauh ini menjadi satu-satunya desa yang mengajukan surat permohonan pengajuan air bersih awal bulan ini. Empat mobil tangki air bersih berukuran 5.000 liter pun sudah didatangkan.
Siaga
Huda menambahkan, meski baru satu desa yang mengajukan permohonan, pihaknya tetap bersiaga. ”Berdasarkan pemetaan, sejumlah kecamatan, seperti Ngampel, Ringinarum, Singorojo, Sukorojo, dan Patean berpotensi kekeringan. Kami bekoordinasi dengan PDAM,” katanya.
Selain itu, lanjut Huda, melalui surat keputusan (SK) Bupati Kendal tentang potensi bencana kekeringan dan puting beliung, pihaknya juga telah mengajukan peralatan penanganan bencana kepada Gubernur Jateng. Adapun saat ini BPBD Kabupaten Kendal memiliki dua tangki air bersih.
Sementara itu, di Brebes, 20 desa dari enam kecamatan teridentifikasi rawan kekeringan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Brebes Eko Andalas, saat dihubungi dari Semarang, mengatakan, hingga saat ini belum ada desa yang mengajukan permohonan bantuan.
Eko menuturkan, permintaan bantuan belum ada karena sejauh ini warga mampu mengatasi sendiri permasalahan kekurangan air bersih di sekitar tempat tinggalnya. ”Namun, kami sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada para camat untuk bersiaga,” kata Eko.
Menurut Eko, meskipun pihaknya tak memiliki tangki air bersih, koordinasi dengan sejumlah pihak seperti PDAM, Palang Merah Indonesia (PMI), serta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain sudah dilakukan sehingga pihaknya siap apabila ada permohonan air bersih.
Sebelumnya, BPBD Kabupaten Demak mengidentifikasi 59 desa di 13 kecamatan yang berpotensi kekurangan air bersih. Dari ke-59 desa tersebut, jumlah warga yang berpotensi terdampak 270.021 orang. Penetapan status siaga darurat bencana itu pun sudah ditandatangani bupati.