Ancaman Lahar Hujan Meningkat

KABANJAHE, KOMPAS — Memasuki musim hujan, ancaman lahar hujan dari Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meningkat. Lebih dari 50 juta meter kubik material vulkanis menumpuk di lereng. Bendungan alami yang terbentuk di lereng Sinabung berpotensi jebol jika volume bertambah. Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Syahnan, Selasa (29/8), mengatakan, sejak awal Agustus, wilayah Karo dan wilayah pegunungan lain di Sumatera Utara memasuki musim hujan. Syahnan memperkirakan, musim hujan akan terjadi selama tiga bulan atau hingga akhir Oktober. "Cuaca di Gunung Sinabung dan sekitarnya berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga hujan lebat," katanya.Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karo Natanael Peranginangin mengatakan, beberapa pekan terakhir, hujan turun dengan intensitas ringan dan sedang di Gunung Sinabung dan sekitarnya. Hujan terus-menerus itu berpotensi memicu longsornya material vulkanis hasil erupsi Gunung Sinabung. Material vulkanis dapat ikut bersama aliran sungai lalu meluncur sebagai lahar hujan.Pekan ini, sistem peringatan dini akan dipasang Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan. Natanael mengingatkan, areal dampak lahar hujan berbeda dengan zona merah letusan Gunung Sinabung yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Lahar hujan biasanya meluncur mengikuti aliran sungai yang berhulu di lereng gunung. Kawasan yang terdampak bisa sampai puluhan kilometer dari hulu sungai dan melewati zona merah. Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, selain bahaya lahar hujan, ancaman Gunung Sinabung juga berupa awan panas guguran, guguran lava pijar, jatuhan material vulkanik berupa batuan kecil, gas beracun, dan hujan abu pekat. Bahaya itu bisa dihindari dengan tidak masuk ke zona merah. (nsa)