Mitigasi Gempa dan Tsunami
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pembangunan bandar udara di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, harus dilengkapi dengan upaya mitigasi bencana gempa dan tsunami. Bandara itu berlokasi di daerah rawan bencana. Untuk tsunami, diusulkan upaya mitigasi, antara lain, pembuatan gumuk pasir dan penanaman cemara udang. Hal itu dikatakan ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, di sela-sela lokakarya "Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Tsunami di Bandara Kulon Progo dan Metode Mitigasinya", Selasa (29/8), di Yogyakarta. Lokakarya yang diselenggarakan Kementerian Koordinator (Kemenko) Kemaritiman dihadiri, antara lain, perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT, dan Sekretariat Kabinet. Widjo menjelaskan, berdasarkan kajian sejumlah ahli, wilayah selatan Jawa pernah dilanda gempa bumi dan tsunami besar di masa lalu. Kekuatan gempa di selatan Jawa diperkirakan bisa mencapai magnitudo (M) 8, bahkan M 9. Karena itu, lokasi bandara Kulon Progo di pesisir selatan Jawa berpotensi dilanda gempa bumi dan tsunami berkekuatan besar. Potensi bahayaMenurut Widjo, berdasarkan simulasi yang ia lakukan, jika terjadi gempa bumi dengan kekuatan M 8,3 di selatan Jawa, tsunami dengan ketinggian 10-15 meter bisa muncul di wilayah pantai di Kecamatan Temon, Kulon Progo, tak jauh dari bandara Kulon Progo. Bandara itu berpotensi terkena tsunami dengan ketinggian 4-6 meter. Bagian bandara yang terancam kena tsunami adalah landasan, apron (tempat parkir) pesawat, dan terminal. "Jadi, kerentanan bandara terhadap tsunami tinggi," katanya. Untuk mengurangi dampak terjangan tsunami, Widjo mengusulkan pembuatan gumuk pasir dan penanaman pohon cemara udang di sekitar bandara. Langkah lain yang perlu dilakukan, antara lain, pemasangan sistem peringatan dini dan penguatan kesiapan masyarakat menghadapi tsunami. Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, pada Juli lalu timnya menemukan deposit tsunami tak jauh dari lokasi bandara Kulon Progo. Deposit tsunami yang ditemukan berupa lapisan pasir dan fosil plankton yang terbawa dari laut. Berdasarkan penelitian, deposit tsunami itu diperkirakan berasal dari 1.800 tahun lalu. Kondisi ini menunjukkan wilayah pesisir Kulon Progo pernah dilanda tsunami di masa lalu. Asisten Deputi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata Kemenko Kemaritiman Rahman Hidayat menjelaskan, lokakarya bertujuan menampung berbagai masukan teknis terkait upaya mitigasi bencana di bandara Kulon Progo. "Pembangunan bandara Kulon Progo merupakan kebijakan pemerintah yang harus dijalankan. Namun, pembangunan bandara harus satu paket dengan upaya mitigasi bencana," ujarnya. (HRS)