PADANG, KOMPAS — Gempa tektonik berkekuatan 6,2 pada Skala Richter mengguncang Sumatera Barat, Jumat (1/9), sekitar pukul 00.06. Meski tidak berpotensi tsunami, guncangan gempa yang berpusat di laut pada jarak 57 kilometer arah timur laut Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, itu terasa sangat kuat dan memicu kepanikan warga.
Pantauan Kompas, begitu merasakan, warga yang sudah beristirahat lantas terbangun dan langsung keluar rumah masing-masing. Ada yang berdiri atau duduk di halaman rumah, ada juga yang berlari ke jalan raya. Tidak sedikit yang berteriak untuk membangunkan atau memberita tahu tetangga mereka.
Lima belas menit berselang, arus lalu lintas menjadi jauh lebih ramai dari biasanya. Sebab, rombongan warga yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat menjauh dari kawasan pesisir (zona merah) menuju tempat yang lebih tinggi (zona hijau).
Tidak hanya jalan raya yang lebih ramai, beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di daerah Jati dan Sawahan juga penuh antrean kendaraan yang mengisi bahan bakar sebelum evakuasi.
Memang tidak semua warga yang tinggal di dekat pantai menuju kawasan bypass. Ada juga yang memilih berlari ke tempat evakuasi sementara (shelter) yang dekat dengan tempat tinggal mereka.
Beberapa shelter yang ramai oleh warga pascagempa yang terpantau oleh Kompas adalah Masjid Raya Sumbar dan shelter di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Padang.
Di Masjid Raya Sumbar, setelah memarkir kendaraan di pinggir jalan, warga langsung masuk ke dalam masjid dan tinggal sementara di sana. Sebagian di antaranya membawa tas berisi pakaian.
Setelah merasa kondisi aman, sebagian keluar, tetapi tidak kembali ke rumah. Mereka masih tinggal di kawasan masjid dan baru pulang setelah ada pengumuman tidak adanya potensi tsunami.
Hal serupa dilakukan warga yang tinggal di sekitar SMAN 1 Padang. Menurut catatan pihak sekolah, setidaknya ada 1.000 lebih warga yang menyelamatkan diri ke sana.
”Saya sedang tidur ketiga gempa terjadi. Begitu bangun, saya langsung berlari bersama anggota keluarga yang lain ke sini. Karena panik, kami tidak sempat membawa pakaian atau berkas-berkas penting. Bahkan minuman pun tidak sempat,” kata Yuhelmi (54), warga Lolong Belanti, Padang Utara.
Pihak SMAN 1 Padang memang sudah memiliki prosedur tetap ketika terjadi gempa. ”Mengingat di sekolah kami ada shelter, ketika ada gempa, petugas keamanan akan langsung membuka tiga pintu akses menuju shelter bagi warga. Seperti malam ini, selain pintu gerbang utama, pintu barat dan timur juga langsung dibuka,” kata Dasril (48), pegawai tata usaha SMAN 1 Padang
Selain di permukiman warga, jalan raya, dan shelter, kepanikan juga terlihat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang. Puluhan pasien yang dirawat inap terpaksa dilarikan keluar ruangan lengkap dengan ranjang, infus, serta tabung oksigen.
Petugas bahu-membahu memastikan kondisi pasien dalam kondisi tetap kondusif. Keluarga turut mendampingi dan menenangkan pasien. Setelah berada di luar sekitar 30 menit, pasien dibawa kembali ke kamar masing-masing.
Dirasakan di sejumlah wilayah
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), koordinat episenter gempa berada pada 1,33 Lintang Selatan dan 99,65 Bujur Timur pada kedalaman 59 kilometer. Tidak hanya di Padang, dampak gempa bumi yang digambarkan peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan, guncangan juga dirasakan diberbagai wilayah di Sumbar dan luar sumbar.
Guncangan paling kuat yakni V pada Skala Mercalli (satuan untuk mengukur kekuatan gempa) terasa di Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Painan (Kabupaten Pesisir Selatan), dan Kepulauan Mentawai.
Sementara di Kota Padang Panjang dan Kota Bukittinggi pada skala IV MMI; Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Solok, Kabupaten Mukomuko, dan Kabupaten Bengkulu Utara pada skala II-III MMI; dan Kabupaten Kepahiang (Bengkulu) pada skala I-II MMI. Sejauh ini, guncangan gempa bumi ini belum menimbulkan kerusakan.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi lewat rilis resminya, jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempa bumi ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal. Hal itu terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera.
Konvergensi kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi yang sangat aktif di wilayah Sumatra. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik.