logo Kompas.id
NusantaraAsing Masih Dominasi
Iklan

Asing Masih Dominasi

Oleh
· 3 menit baca

SURABAYA, KOMPAS — Indonesia kini memiliki sekitar 500.000 pengembang aplikasi dan gim, tetapi konten yang dihasilkan selalu kalah peminat saat dilepas ke dunia industri. Kondisi tersebut membuat pasar aplikasi dan gim di Indonesia masih dikuasai pengembang asing. Masalah ini perlu segera diatasi.Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia Narendra Wicaksono seusai Bekraf Developer Day 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/9), mengatakan, dari 500.000 pengembang aplikasi dan gim di Indonesia, baru sekitar 7 persen yang mampu menembus pasar industri internasional. Mayoritas masih dalam tahap membangun dan sisanya, meski menghasilkan produk, kualitasnya kalah bersaing dengan produk dari pengembang asing. Hal itu dipicu kurikulum pendidikan di Indonesia belum bisa mengejar perkembangan industri digital yang perubahannya sangat cepat. Materi yang diperoleh siswa selalu ketinggalan zaman dan sulit mengimbangi selera pasar. Padahal, pasarnya sangat luas mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 100 juta orang. "Perlu langkah akselerasi untuk mengatasi ketertinggalan agar pasar industri aplikasi dan gim di Indonesia yang sangat besar tak dinikmati pengembang asing. Caranya, melalui penyesuaian kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi," katanya.Mengutip data riset yang dilakukan Newzoo, penyedia jasa analisis pasar terutama data gim, pasar industri gim di Indonesia pada 2015 sebesar 321 juta dollar AS setara Rp 4,28 triliun. Pada 2016, nilainya menjadi 600 juta dollar AS setara Rp 8,001 triliun. Namun, lebih dari 90 persen masih dikuasai pengembang asing,(Kompas, 3/10/2016).Menurut Narendra, pengembang lokal seharusnya mampu menguasai pasar domestik karena ekosistem pendukung pengembangan industri digital di Indonesia mulai tersedia dengan baik, seperti kehadiran kampus, co-working space, dan infrastruktur internet yang marak di beberapa kota besar, tidak hanya di Jakarta. "Kegiatan pengenalan perkembangan teknologi dari pengembang yang sudah sukses perlu digalakkan agar pengembang lokal tidak ketinggalan zaman," ujarnya.Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari menilai, minat masyarakat untuk menjadi pengembang gim terus tumbuh. Setiap tahun tidak kurang dari 100 gim baru dilahirkan pengembang lokal. Hal itu antara lain didorong oleh 56 persen dari 42,8 juta pemain gim Indonesia memilih gim berbayar yang berdampak pada pemasukan pengembang gim. "Layanan jaringan internet dan harga gawai makin terjangkau sehingga pasarnya makin luas," katanya.Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan perlu melahirkan pengembang aplikasi dan gim yang memiliki kualitas internasional dan mampu bersaing di dunia industri. Itu sebabnya digelar Bekraf Developer Day guna mempertemukan pengembang lokal yang sukses untuk membagi pengalamannya kepada pengembang muda. Acara itu juga digelar di beberapa daerah, seperti Surabaya, Solo, Bali, Makassar, Balikpapan, dan Manado.Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan, pihaknya menyediakan program Start Surabaya. Dalam program itu, pengembang mendapatkan fasilitas co-working space seluas 3.000 meter persegi dan bantuan perizinan. Mereka juga mendapatkan bimbingan dari perusahaan raksasa teknologi, seperti Intel, Microsoft, Google, dan Facebook. "Pengembang lokal bisa berkonsultasi untuk menciptakan produk yang sedang dibutuhkan perusahaan teknologi dunia agar karyanya bisa langsung bersaing dengan asing," ujarnya. (SYA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000