Dilanda Banjir, Belajar- Mengajar Diliburkan
MENTAWAI, KOMPAS — Banjir melanda Dusun Makoddiai, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sejak Selasa (5/9) hingga Rabu (6/9). Tidak ada kerusakan atau korban jiwa, tetapi banjir menggenangi rumah warga, fasilitas kesehatan, dan menutup akses jalan warga yang mengakibatkan aktivitas belajar-mengajar diliburkan dan pelayanan pemerintah terganggu.Camat Siberut Barat Daya Hati Samahura yang berada di Mentawai saat dihubungi dari Padang, Rabu siang, mengatakan, banjir dipicu hujan deras yang melanda Siberut Barat Daya sejak Selasa pagi. Akibatnya, Sungai Peipei yang melintasi dusun itu meluap dan menggenangi jalan raya, masjid, kantor camat, puskesmas, dan rumah warga. "Air mulai naik pada Selasa siang dan hingga hari ini (Rabu) belum surut. Ketinggian air 30 sentimeter sampai 1 meter," kata Hati. Sebanyak 10 unit rumah warga terdampak. Warga tidak mengungsi, hanya memindahkan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi. Bantuan bagi warga sejauh ini belum disalurkan.Namun, banjir menggenangi jalan raya sehingga pemerintah setempat memutuskan kegiatan belajar-mengajar di sekolah dasar dan sekolah menengah atas di wilayah itu ditiadakan. "Air memang tidak sampai ruang kelas. Namun, akses jalan bagi para siswa ke sekolah tidak bisa dilalui. Akibatnya, mereka diliburkan," ujar Hati. Kondisi itu juga menyulitkan akses ke kantor Kecamatan Siberut Barat Daya dan puskesmas setempat. Wakil Bupati Mentawai Kortanius Sabaeleake menjelaskan, pemerintah daerah sudah mengirimkan tim ke lokasi banjir. Namun, korban detail masih terdata. Hal itu karena dua hari terakhir Mentawai dilanda badai sehingga akses ke lokasi sulit.Menurut data Kompas, banjir di Makoddiai menambah daftar kejadian banjir di Pulau Siberut pada 2017. Sebelumnya, tiga dusun di Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara, yakni Dusun Sirilanggai, Ukkra, dan Sibeuocun, dilanda tiga kali banjir, yakni satu kali pada awal Januari dan dua kali di pertengahan Agustus lalu. Pada 23 Agustus lalu, banjir juga melanda tiga dusun di Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, yakni Magosi, Salappak, dan Bekkeiluk. Rifai Lubis, Direktur Yayasan Citra Mandiri Mentawai, lembaga yang memberikan perhatian kepada berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Mentawai, mengatakan, penyebab banjir tidak tunggal. "Curah hujan memang tinggi, karena itu sangat mungkin terjadi banjir. Namun, kondisi tutupan hutan juga berpengaruh. Jika tutupan hutan masih bagus, banjir tidak sebesar dan sesering sekarang. Di beberapa daerah yang dilanda banjir, (hutannya) pernah ditebang tanpa kendali. Terkait penyebab dominan, pemda harus melakukan kajian," kata Rifai. (ZAK)