Perusahaan Rokok Jalin Kemitraan dengan Petani Lombok
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Perusahaan rokok kini bermitra dengan petani yang diperkuat dengan kontrak kerja sama di antara kedua belah pihak, termasuk kerja sama pembelian tembakau. Dengan kontrak itu, terdapat solusi atas belum maksimalnya serapan tembakau lokal.
”PT HM Sampoerna memiliki Integrated Production System/IPS. Dalam program ini, petani diberi pendampingan teknis, bimbingan praktik budidaya tembakau yang baik, akses informasi, permodalan, disertai kontrak kerja sama antara petani dan perusahaan pemasok,” kata Elvira Lianta, Head of Fiscal Affair and Communication Sampoerna, di Training Farm, milik PT Sadana Arif Nusa—perusahaan pemasok tembakau, di Desa Puyung, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (7/9).
Melalui program IPS itu, perusahaan pemasok dapat melakukan kontrol mutu produksi tembakau yang disepakati sekaligus memberi jaminan penyerapan hasil usaha tani tembakau petani.
Sebanyak 2.700 petani binaan Sampoerna di Lombok telah mengikuti kemitraan semacam itu dengan luas lahan tembakau sekitar 5.000 hektar. Hasilnya, petani mampu memproduksi tembakau berdaya saing dan efisien serta memenuhi standar kualitas dan ekspektasi konsumen.
Dengan kemitraan, petani perlahan-lahan meninggalkan sistem pembelian daun tembakau yang berlapis. Rantai pemasaran juga dengan sendirinya terpotong.
Dengan program IPS, produktivitas bahkan dapat ditingkatkan 25 persen. Kini, produksi per hektar mencapai 1,8 ton -2 ton. ”Semua produksi dapat diserap perusahaan sehingga berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani,” ujar Elvira.
Sebelumnya, Muhaimin Moeftie, Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), melalui rilisnya yang diterima Kompas, Rabu (6/9), mengatakan, komitmennya untuk meningkatkan produktivitas tembakau virginia dengan sistem kemitraan. Dengan sistem tersebut, perusahaan menyediakan bibit, pupuk, dan menjamin akses pasar langsung agar petani maksimal menerima nilai jual produknya.
Program kemitraan ini, kata Moeftie, dilaksanakan PT Sampoerna dan Bentoel di Lombok sebagai sentra produksi tembakau virginia. Program serupa diimplementasikan di beberapa daerah, seperti Rembang, Wonogiri, Malang, Jember, Blitar, dan Lumajang.
Dari program kemitraan tersebut, diharapkan ada jawaban atas defisit kualitas, kuantitas, dan jenis tembakau di dalam negeri. Dalam lima tahun terakhir, produksi rata-rata tembakau di Tanah Air di bawah 200.000 ton setahun meski permintaan tembakau berkisar 340.000 ton per tahun.