logo Kompas.id
NusantaraKetinggian Air Waduk Jatigede ...
Iklan

Ketinggian Air Waduk Jatigede Turun

Oleh
· 4 menit baca

CIREBON, KOMPAS — Ketinggian air di Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, semakin menurun. Kondisi itu dipicu minimnya pasokan air dari Sungai Cimanuk akibat musim kemarau.Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksanaan Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatigede Harya Muldianto di Sumedang, Kamis (7/9), mengatakan, elevasi Waduk Jatigede berada di titik 246 meter di atas permukaan laut (mdpl). Itu jauh di bawah titik elevasi Mei tahun ini, yakni 252 mdpl."Surut, tetapi masih dalam kondisi aman," ucap Harya saat dihubungi dari Cirebon. Titik minimal elevasi Waduk Jatigede ialah 230 mdpl. Adapun titik idealnya 260 mdpl. Surutnya air di waduk terbesar kedua di Indonesia itu dipengaruhi berkurangnya pasokan air dari hulu Sungai Cimanuk di Garut akibat kemarau. Saat musim hujan, debit air yang mengalir ke Waduk Jatigede bisa mencapai 400 meter kubik per detik sampai 600 meter kubik per detik. "Saat ini, air yang masuk hanya 9 sampai 10 meter kubik per detik," ucap Harya.Namun, menurut dia, Waduk Jatigede masih bisa beroperasi mengairi lahan pertanian. Saat ini, selama 24 jam, Waduk Jatigede menyalurkan air dengan debit 25 meter kubik per detik. Total lahan pertanian di Indramayu dan Cirebon yang terairi waduk ini diperkirakan mencapai 70.000 hektar.Sementara itu, hujan yang masih turun di hulu Sungai Ciujung mampu menjaga debit air Bendungan Pamarayan di Kabupaten Serang, Banten. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Bendungan Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang Hermanto mengatakan, air bendungan masih mampu mengairi sawah petani. Bendungan itu berpotensi mengairi 21.350 hektar sawah di sekitarnya. "Debit air yang masuk masih normal, sekitar 13 meter kubik per detik," katanya.Bendungan Pamarayan terletak di Desa Penyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Serang. Sumur keringDi Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sumur warga mengering. Saat ini, mereka mengandalkan air telaga yang stoknya diperkirakan hanya sampai sebulan lagi. Warga Desa Kalibogo, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan, Kamis, terlihat mengambil air telaga karena sumur kering sejak pertengahan Juli. Warga mengangkut air memakai jeriken dari telaga. Air yang sudah berwarna kehijauan dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, dan memberi minum ternak. Warga mengambil air pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dan sore hari mulai pukul 15.30 hingga pukul 17.00.Adapun untuk memasak dan minum, warga membeli air dari sumur bor milik warga di Kecamatan Kembangbahu Rp 1.000 per jeriken. Sebagian warga yang mampu, membeli air per meter kubik Rp 60.000.Di Kabupaten Ponorogo, terus meluasnya krisis air bersih menyebabkan permintaan air dari warga meningkat. Namun, belum semua permintaan itu bisa dipenuhi karena terkendala terbatasnya sarana dan prasarana. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo Setyo Budiono mengatakan, daerah yang dilanda kekeringan bertambah. Terbaru, krisis air bersih melanda 75-100 keluarga di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung. Warga meminta bantuan air bersih.Krisis air bersih melanda Kabupaten Ponorogo sejak Juli lalu. Pemerintah Kabupaten Ponorogo akhirnya menetapkan status Darurat Bencana Kekeringan mulai 1 September.Di Nusa Tenggara Timur (NTT), 725 desa di 14 kabupaten/kota sulit mendapatkan air bersih. Kepala Seksi Kedaruratan BPBD NTT Marthen Lodo di Kupang, Kamis, mengatakan, daerah dengan jumlah kekeringan terbesar adalah di Sumba Timur, yakni 166 desa di 22 kecamatan. Di setiap desa, rata-rata terdapat 20 keluarga yang benar-benar kesulitan air bersih. Andreas Kopong, warga Desa Duli Tukan, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, mengatakan, sejak Mei, dia mengambil air dari Pulau Adonara dengan perahu motor. Lokasinya berjarak sekitar 24 kilometer dari Pulau Lembata. Setiap hari, mereka membawa jeriken berukuran 40-60 liter untuk mengambil air dari Adonara. Namun, saat cuaca di laut buruk seperti sekarang, warga membeli air di Lewoleba. "Tahun 2006, pemda pernah memasang jaringan pipa air menuju desa itu, tetapi sampai sekarang air tidak pernah mengalir dan pipa sudah hilang," katanya. (NIK/KOR/ACI/BAY/IKI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000