SEMARANG, KOMPAS — Perguruan tinggi didorong menciptakan lulusan dengan penguasaan bahasa Inggris yang baik. Penguasaan bahasa dalam menulis dan berkomunikasi dapat pula meningkatkan daya saing sumber daya manusia dalam negeri di tingkat global.
Direktur Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) Didin Wahidin, Rabu (13/9), mengatakan, lulusan yang cakap berbahasa Inggris dapat memegang kunci dalam pergaulan internasional.
”Belajar bahasa Inggris bukan hanya tentang bahasa, melainkan juga harus disempurnakan salah satunya dengan mengikuti berbagai kegiatan berskala internasional,” ujar Didin dalam Konferensi Internasional English Linguistics, Literature, and Education (Eite) Ke-5 di Universitas Islam Negeri Walisongo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu.
Konferensi yang digelar oleh Asosiasi English Linguistics, Literature, and Education (Elite) tersebut mengangkat tema tren abad ke-21 dalam pendidikan, bahasa, dan studi antarbudaya. Konferensi dihadiri 216 peserta dalam dan luar negeri serta menghadirkan 15 pembicara dari enam negara, yakni Jerman, Malaysia, Brunei, Amerika Serikat, Iran, dan Mesir.
Dikutip dari rilis Forum Ekonomi Dunia (WEF), daya saing bangsa Indonesia tahun 2016 menempati peringkat ke-41 dari 138 negara. Peringkat itu turun dari sebelumnya urutan ke-37 pada 2015. Menurut Didin, daya saing itu bisa ditingkatkan jika perguruan tinggi mampu menciptakan lulusan yang mudah beradaptasi di tingkat global. Kemudahan beradaptasi dengan menguasai bidang keilmuan dan kemampuan bahasa.
Untuk itu, Chair of English Linguistics, Literature, and Education (Elite) Association Like Raskova Oktoberlina mengatakan, kemampuan standar berbahasa Inggris perlu dimasukkan dalam kurikulum perguruan tinggi. Karena itu, kesiapan perguruan tinggi, terutama dosen, menjadi kunci penting. Selama ini pengantar bahasa perkembangan ilmu pengetahuan juga dalam bahasa Inggris. ”Bahasa Inggris itu penting agar Indonesia tidak tertinggal perkembangan ilmu pengetahuannya,” kata Like.
Peluang Indonesia
Menurut Didin, Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan daya saing. Apalagi, saat ini kontribusi negara maju, seperti AS, Eropa, dan Jepang, diperkirakan akan menurun karena keilmuan sudah sulit berkembang. Sementara kontribusi Asia terus tumbuh dari 27 persen menjadi 50 persen tahun 2050.
”Peluang itu dapat dimanfaatkan Indonesia dengan mengembangkan teknologi sesuai keunggulan, misalnya obat-obatan herbal dan bidang rekayasa genetika. Sebelum itu tercapai, kemampuan bahasa harus ditingkatkan,” kata Didin.
Indonesia mempunyai sejumlah target besar pada 2030, antara lain menduduki peringkat ke-7 ekonomi negara terkuat, memiliki 135 juta penduduk kelas menengah atas, dan 113 juta penduduk berkeahlian khusus. Itu bisa diwujudkan jika siswa mempunyai kemampuan membaca, matematika, ilmu pengetahuan, dan pemecahan masalah mencapai standar internasional.
Ketua pelaksana konferensi internasional ELITE Ke-5 dari UIN Walisongo, Ikhrom, menambahkan, perguruan tinggi terus berupaya menciptakan lulusan yang unggul dan berdaya saing. Seluruh tujuan Indonesia bisa tercapai dengan sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan asosiasi terkait.