Kekeringan Meluas meski Belum Dibutuhkan Hujan Buatan
Oleh
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, kekeringan yang terjadi pada 2017 diyakini tidak sekering tahun 2015 saat bersamaan dengan adanya El Nino. Meski demikian, kekeringan tahun ini tidak sebasah 2016.
Karena itu, kekeringan yang berlangsung di sejumlah provinsi dinilainya masih dalam tahap normal. Belum perlu dilakukan modifikasi cuaca untuk menghasilkan hujan buatan. Terlebih lagi, belum ada provinsi yang menyatakan darurat kekeringan.
Hal itu disampaikan Basuki Hadimuljono, Kamis (14/9), seusai memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa baru di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah. ”Penanganan kekeringan oleh Kementerian PUPR selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tampaknya, kekeringan masih bisa tertangani dengan persediaan air di waduk, bendung, dan air permukaan yang tersedia,” ujar Basuki.
Basuki menyatakan, berdasarkan laporan, sebanyak 16 waduk besar di Jawa dan luar Jawa masih normal. Hanya sekitar enam waduk yang diketahui ada penyusutan tampungan airnya. Waduk yang susut airnya itu hanyalah waduk kecil dengan kapasitas di bawah 1 juta meter kubik.
Pada daerah yang tidak terjangkau oleh waduk atau bendung, pihaknya telah mengaktifkan sumber-sumber mata air buatan melalui pembuatan sumur-sumur bor.
Untuk penyediaan air bagi penduduk di wilayah kekeringan, sudah beroperasi sebanyak 9.962 sumur bor. Jumlah ini terus ditambah karena Kementerian PUPR juga sedang membuat sejumlah sumur bor di Kabupaten Pati, Kabupaten Sukabumi, termasuk Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat.
Dalam paparannya mengenai ketahanan air, Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini pemerintah sedang menyelesaikan pembangunan 65 bendungan besar dan kecil. Fungsinya, kelak tidak hanya sebagai sumber irigasi penguatan pertanian, tetapi juga sebagai cadangan air pada musim kemarau.
Sejauh ini setidaknya tujuh bendungan selesai dibangun, yakni Bendungan Rajui dan Payaseunara di Nanggroe Aceh Darussalam, Jatigede di Jawa Barat, Bajulmati dan Bendungan Nipah di Jawa Timur, Titab di Bali, serta Bendungan Teritip di Kalimantan Timur. Pada 2018 terdapat sekitar 10 bendungan lagi yang akan selesai dan berfungsi.
Rektor Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Anis Malik Thoha mengatakan, di tangan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang bertangan dingin ini, sudah terbukti penanganan banjir rob dan kekeringan.
Universitas Islam Sultan Agung yang berada di kawasan pantai di Jalan Kaligawe-Genuk, Kota Semarang, misalnya, sudah merasakan keberhasilan program penanganan banjir rob. Saat ini, banjir rob tidak lagi menjadi ancaman di kawasan Kaligawe, Semarang, setelah dilakukan penguatan tanggul pantai.
Secara terpisah, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulang Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan, di Jawa Tengah saja, potensi daerah yang akan mengalami kekeringan sekitar 23 kabupaten dan kota dengan jumlah penduduk yang terancam kekeringan mencapai 1,2 juta jiwa.