Kompetisi Global Dapat Menggeser Konflik ke Khatulistiwa
Oleh
Dwi Bayu Radius
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS — Kompetisi global yang semakin sengit pada masa mendatang dapat membuat konflik bergeser ke wilayah khatulistiwa. Jika tidak diwaspadai, Indonesia bisa terseret konflik yang terjadi karena perebutan energi, pangan, dan air tersebut.
Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat menyampaikan Orasi Kebangsaan Program Pengenalan Studi, Tata Tertib, dan Kegiatan Kampus, di Universitas Serang Raya (Unsera), Serang, Banten, Kamis (14/9). Penyebab konflik, kata Panglima TNI, misalnya, terkait dengan produksi pangan yang tidak mencukupi.
”Jumlah penduduk dunia saat ini sekitar 7,5 miliar orang. Hanya dibutuhkan enam tahun untuk menambah 1 miliar penduduk,” katanya. Suatu ketika, peningkatan produksi pangan dikhawatirkan tidak lagi berimbang dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia.
Saat ini saja, sekitar 41.000 anak di dunia meninggal karena kemiskinan dan kesehatan yang buruk. Sementara, menurut Gatot, produksi minyak bumi terus menurun. Energi fosil di dunia diperkirakan habis pada 2043 sehingga dapat memicu krisis ekonomi.
”Lebih dari 70 persen konflik berlatar belakang energi. Konflik, misalnya, terjadi di Libya, Irak, Sudan, Ukraina, dan Nigeria,” ucapnya. Perang yang semula berlatar belakang energi bisa meningkat karena keterbatasan pangan dan air. Penduduk dunia pun mencari negara-negara yang subur, termasuk di khatulistiwa.
”Dari Arab Spring (gelombang revolusi yang terjadi di Timur Tengah), konflik bisa merembet ke Indonesia jika kita tidak waspada,” ujar Gatot. Pada 2050, sekitar 400 juta orang diperkirakan bermigrasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.