BATAM, KOMPAS — Tim penyelamat masih mencari tiga awak kapal keruk JBB De Rong 19. Mereka hilang setelah kapal keruk itu bertabrakan dengan kapal tanker berbendera Indonesia, Kartika Segara, di Selat Singapura, Rabu (13/9) lalu.
Kepala Kantor Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) Tanjung Pinang Djunaidi mengatakan, dari 5 orang yang hilang dalam kecelakaan itu, pada Rabu siang tim penyelamat menemukan dua orang dalam kondisi tewas. ”Sampai Kamis sore, tim masih mencari tiga korban lainnya,” ujarnya, Kamis (14/9), di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Tim penyelamat memperluas area pencarian laut dan udara. Area pencarian laut diperluas dari 130 kilometer persegi menjadi 250 kilometer persegi. Sementara itu, pencarian udara diperluas dari 770 kilometer persegi menjadi 2.701 kilometer persegi.
Singapura menggerakkan hampir 30 kapal serta sejumlah pesawat dan helikopter untuk pencarian tersebut. Sementara itu, tim penyelamat Indonesia mengerahkan 10 kapal untuk membantu pencarian di perairan Indonesia. ”Kami tidak ikut masuk ke perairan Singapura. Kami berkoordinasi dalam operasi ini,” kata Djunaidi.
Seperti diberitakan, Kartika Segara bertabrakan dengan JBB De Rong 19 saat keduanya melintas di alur Jong, bagian dari Selat Singapura, pada Rabu dini hari. Kartika Segara bergerak dari timur, sementara JBB De Rong masuk dari barat. Pelayaran dua kapal dari arah berlawanan di alur sempit pada malam hari membuat tabrakan sulit dihindari. Akibat tabrakan itu, 5 dari 12 awak JBB De Rong hilang.
Adapun semua awak Kartika Segara, yang berjumlah 21 orang, dalam kondisi selamat dan kapalnya berhasil dibawa ke pelabuhan terdekat walaupun geladak dan sebagian lambung kapal itu rusak.
Djunaidi mengatakan, pencarian tidak hanya dilakukan di permukaan laut. Tim penyelamat juga menurunkan penyelam ke beberapa titik.
Sementara itu, Kepala Polda Kepulauan Riau Inspektur Jenderal Sambudi Gusdian mengatakan, Polri mengerahkan dua kapal untuk ikut mencari korban yang hilang. Pencarian oleh kapal Polri juga dilakukan di perairan Singapura.
Berdasarkan pola arus, kini arus laut mengarah dari selatan ke utara. Dengan demikian, peluang korban dihanyutkan ke perairan Indonesia memang kecil. Pola arus membuat tubuh korban lebih mungkin dihanyutkan ke perairan Singapura atau Malaysia yang terletak di utara Kepulauan Riau.
Berdasarkan pengalaman, operasi penyelamatan di laut biasanya baru menemukan korban dalam beberapa hari ke depan. Dikhawatirkan, korban sudah meninggal jika ditemukan saat itu. Hal itu dengan asumsi korban tenggelam saat kejadian.
Penemuan korban dalam kondisi meninggal antara lain terhadap awak kapal perang Amerika Serikat USS, John McCain. Kapal perusak itu bertabrakan dengan kapal tanker berbendera Liberia, Alnic, pada pertengahan Agustus 2017 di Selat Singapura.
Akibat insiden itu, 10 awak kapal perang AS hilang. Beberapa hari setelah kecelakaan, para korban hilang ditemukan sudah meninggal. Mereka ditemukan beberapa kilometer dari lokasi kejadian. Jenazah para korban pun sudah dipulangkan ke Amerika Serikat.