logo Kompas.id
NusantaraPTPN XI Serius Garap Energi
Iklan

PTPN XI Serius Garap Energi

Oleh
· 4 menit baca

SURABAYA, KOMPAS — PT Perkebunan Nusantara XI mulai menggarap hilirisasi produk turunan nongula dari tebu. Produsen gula ini memproduksi listrik berbasis ampas tebu. Listrik digunakan untuk operasional, kelebihan dayanya dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).Direktur Utama PTPN XI Moh Cholidi, Kamis (21/9), di Surabaya, mengatakan, pengembangan ampas tebu menjadi listrik dilakukan di Pabrik Gula (PG) Asembagoes, Situbondo, dan PG Djatiroto, Lumajang. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) setiap PG itu sekitar 20 megawatt (MW). Dari hasil tersebut, yang terpakai untuk operasional sekitar 6 MW. Kelebihan listrik yang dihasilkan itu dijual ke PT PLN Distribusi Jawa Timur masing-masing 10 MW. Nota kesepahaman ditandatangani kedua belah pihak, Rabu (20/9), di Kantor PTPN XI di Surabaya. Listrik dipasok ke PLN tidak hanya saat masa giling, tetapi sepanjang tahun karena memanfaatkan mesin cogeneration di luar masa giling dengan mengoperasikan boiler dan turbin. Produksi listrik direncanakan dimulai pada 2018 seiring penyelesaian revitalisasi kedua pabrik gula tersebut. PG Asembagoes mendapatkan tambahan investasi Rp 728 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi dari 3.000 TCD menjadi 6.000 TCD. Sementara PG Djatiroto mendapatkan tambahan investasi Rp 870 miliar untuk peningkatan kapasitas giling dari 7.500 TCD menjadi 10.000 TCD 870."Kemajuan revitalisasi di PG Djatiroto mencapai 39 persen dan di PG Asembagoes 22 persen. Revitalisasi di PG Djatiroto digunakan untuk peningkatan kapasitas pabrik alkohol dan spiritus dari 15 kiloliter per hari menjadi 150 kiloliter per hari," kata Cholidi.IntegrasiPengolahan ampas tebu menjadi listrik merupakan bagian dari perwujudan industri berbasis tebu yang terintegrasi. Selain listrik, PTPN XI juga akan menanam kacang edamame di lahan PG Djatiroto seluas 500 hektar. Pengolahan produk berbasis tebu terintegrasi ini diharapkan mendorong kemajuan industri tebu seperti di negara lain, misalnya Brasil, Thailand, dan India.Menurut General Manager PT PLN (Persero) Distribusi Jatim Dwi Kusnanto, listrik dari PTPN XI akan disambungkan dengan fasilitas interkoneksi sistem kelistrikan milik PT PLN Distribusi Jatim. Hingga saat ini produksi listrik di Jatim sekitar 8.350 MW. Namun, baru 254 MW atau sekitar 3 persen berasal dari energi baru terbarukan (EBT), sisanya menggunakan bahan baku fosil. "Listrik yang berasal dari EBT pasti dibeli PLN karena kami mendorong penggunaan EBT sebagai sumber listrik agar tidak bergantung pada energi fosil," ujarnya.Pemanfaatan ampas tebu menjadi listrik juga dilakukan di PG Pesantren Baru, Kediri. Pada 2016, PT PLN Distribusi Jatim membeli kelebihan listrik dari PG Pesantren Baru sebesar 3 MW. Kontrak pembelian sudah berlangsung hampir setahun dan akan diperpanjang pada 10 Oktober 2017.Selain di PG Pesantren Baru, PTPN X juga tengah mempersiapkan tiga pabrik gula lain untuk memproduksi listrik. Ketiga pabrik gula tersebut adalah PG Ngadiredjo (Kediri) 20 MW, PG Tjoekir (Jombang) 10 MW, dan PG Gempolkerep (Mojokerto) 20 MW.Analis Senior Nusantara Sugar Community Adig Suwandi mengatakan, harga jual listrik kepada PLN harus bisa memberikan keuntungan lebih ke pabrik gula. Jangan sampai harganya lebih murah jika dibandingkan dengan menjual dalam bentuk ampas tebu. Selain listrik, ampas tebu juga bisa dimanfaatkan untuk membuat bahan bakar, particle board, pakan ternak, dan bahan baku kertas.Jadi beragam produkPemanfaatan ampas tebu menjadi listrik bisa mengurangi biaya pokok produksi gula, kata Adig, karena tidak ada bagian tebu yang tidak dimanfaatkan. Harga tebu makin kompetitif karena memiliki varian pemanfaatan yang beragam dan tidak hanya gula. Petani menjadi tidak khawatir jika harga gula turun karena ada tambahan lain dari tebu yang digiling di pabrik gula. "Habis manis, sepahnya tidak dibuang," ujarnya.Semua bagian tebu bisa dimanfaatkan untuk bahan baku industri lain. Selain mendapat gula, limbah tebu juga bisa diolah menjadi tenaga listrik, pupuk organik, pakan ternak, dan bioetanol. Tenaga listrik dihasilkan dari hasil pembakaran ampas tebu; pupuk organik dan pakan ternak dari pucuk batang tebu; dan bioetanol dari tetes tebu. Namun, kebanyakan pabrik gula di Indonesia baru memanfaatkan tebu untuk menghasilkan gula dan tetes. Padahal, jika diintegrasikan dengan industri lain, pabrik gula bisa lebih efisien karena memiliki fleksibilitas untuk mengolah tebu yang dikirim petani. "Integrasi harus dilakukan di tingkat kementerian karena membutuhkan investasi yang besar dan menyangkut olahan yang beragam," kata Adig. (SYA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000