logo Kompas.id
NusantaraPurna-TKI di Garut Kesulitan...
Iklan

Purna-TKI di Garut Kesulitan Menata Hidup

Oleh
· 2 menit baca

GARUT, KOMPAS — Sebagian purna-tenaga kerja Indonesia asal Garut masih kesulitan menata hidupnya setelah kembali ke Tanah Air. Minim keahlian membuat mereka sulit menata hidup yang mandiri, dan cenderung kembali mempertaruhkan hidupnya ke luar negeri. Hal itu mendorong Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Garut melakukan pelatihan bagi 20 mantan TKI asal Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Jumat (22/8). Kegiatan ini bekerja sama dengan unit usaha tenun akar wangi Rahayu. Para mantan TKI itu dilatih membuat kotak suvenir, dompet, dan tempat lilin berbahan akar wangi. "Kami berharap purna-TKI bisa mandiri, tidak perlu kembali ke luar negeri. Ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan di tanah sendiri," kata instruktur BLK Kabupaten Garut, Aan Muharam, di Garut, Jumat.Tenun akar wangi adalah salah satu kerajinan rakyat asal Garut. Beragam jenis kerajinan berbahan tanaman akar wangi, antara lain tatakan piring tenun wangi yang pernah menembus pasar Amerika Serikat.Aan mengatakan, menjadi buruh migran di negara lain sangat berisiko. Selain meninggalkan keluarga, mereka juga kerap bertaruh nyawa. Bahkan, kadang diperlakukan tidak manusiawi."Kalau bisa hidup di sini kenapa harus keluar negeri? Salah satu upayanya dengan memberi pelatihan usaha agar mereka punya bekal melanjutkan hidup di rumah sendiri," ujar Aan.Ketua Kelompok TKI Purna Kreatif Yusuf Nuryana menjelaskan, Desa Hegarmanah adalah salah satu kantong buruh migran di Garut. Hingga Mei 2017, total ada sekitar 300 purna-TKI dari Desa Hegarmanah.Mereka sebelumnya bekerja di Arab Saudi, Dubai, dan Brunei. Jumlah ini setara dengan 6,71 persen dari total penduduk desa tersebut sebanyak 4.468 orang pada 2015.Ia menjelaskan, meski diberkahi tanah subur, pertanian kurang diminati sebagian warga Hegarmanah. Penghasilan yang minim jadi alasan mereka enggan bertani, dan memilih jadi TKI.Yusuf (37), peserta pelatihan, mengatakan, sejak pulang dari Arab Saudi, Juni 2017, dia kesulitan mencari kerja. Ia kini bertani, tetapi penghasilannya jauh lebih kecil. "Bekerja di kampung lebih enak karena dekat dengan keluarga. Namun, lebih berat karena tak mudah dapat pekerjaan yang layak. Pelatihan ini semoga bisa berguna," katanya. (BKY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000