China Berharap Inisiatif Sabuk dan Jalan Dapat Sejahterakan Kawasan
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
BEIJING, KOMPAS — Pemerintah China melalui program Inisiatif Sabuk dan Jalan berharap dapat menyejahterakan kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara, melalui program pembangunan infrastruktur dan kerja sama pengembangan kapasitas industri. Program ini diharapkan menjadi mesin pertumbuhan Asia yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dunia.
”Inisiatif Sabuk dan Jalan diharapkan bisa memunculkan dan mengembangkan perekonomian Asia. Selain itu, juga menjadi model kerja sama internasional dan yang inklusif,” kata Deputi Direktur Institut Perdagangan Internasional Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Internasional China Profesor Zhu Caihua saat memaparkan program Inisiatif Sabuk dan Jalan kepada 10 wartawan dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia yang diundang ke China oleh Kementerian Luar Negeri China, Sabtu (23/9).
Zhu mengatakan Inisiatif Sabuk dan Jalan yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa diharapkan semakin mendekatkan kebijakan antarnegara, meningkatkan keterhubungan infrastruktur, meningkatkan hubungan perdagangan, memperluas hubungan keuangan, dan mendekatkan hubungan antarwarga negara.
Saat ini 400 juta warga Asia masih belum mendapatkan akses listrik, 300 juta belum mendapatkan air bersih, 1,8 miliar orang belum mendapatkan pelayanan fasilitas dasar. Baru 40 orang dari 100 orang bisa mengakses internet, sementara di Asia Selatan baru 10 dari 100 orang.
Di sisi lain, pembangunan infrastruktur membutuhkan dana yang banyak. Pembangunan infrastruktur di Asia, pada 2016 hingga 2030 diperkirakan membutuhkan dana 260 triliun dollar AS. Namun, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) hanya menawarkan 20 miliar dollar AS untuk membangun infrastruktur setiap tahun. Kondisi ini tentu tidak mencukupi sehingga Inisiatif Sabuk dan Jalan bisa menjadi pilihan.
Beberapa tahun terakhir, kata Zhu, kontribusi Asia pada perekonomian dunia mencapai angka 50 persen, yang 50 persennya disumbang oleh China. Pada 2016, 30 persen pertumbuhan ekonomi dunia disumbang oleh China. Oleh karena itu, China berharap bisa tumbuh bersama-sama mencapai kesejahteraan dengan negara-negara satu kawasan.
Zhang mengatakan, pembangunan ini tentu memberikan dampak dan konsekuensi bagi setiap negara yang memiliki karakter berbeda-beda. Ia mengatakan akan lebih mendekatkan kebijakan investasi dengan kondisi setempat.
Ketika ditanya isu tenaga kerja China yang kerap melingkupi proyek-proyek investasi China, Zhang mengatakan, tenaga kerja selama ini memang dibawa dari China karena proyek harus berjalan cepat dan tidak ada waktu untuk mengajari pekerja lokal termasuk kendala bahasa. Meski demikian, sudah banyak perbaikan yang dilakukan. ”Kami memang menyarankan untuk melibatkan pekerja lokal dalam pembangunan proyek, tetapi semua bergantung pada perjanjian kerja sama yang dilakukan,” kata Zhang.
Salah satu proyek yang selalu dikenalkan oleh Pemerintah China adalah pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang saat ini masih berlangsung dan pembangunan kereta cepat di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dalam kunjungan wartawan ke perusahaan konstruksi China di Beijing sehari sebelumnya, Li Jianping, Direktur Departemen Bisnis Asia China Railway Group Limited Divisi Bisnis Internasional, perusahaan konstruksi China yang sudah bekerja di 58 negara, mengatakan, pihaknya optimistis proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang saat ini masih berjalan senilai 6,07 miliar dollar AS akan selesai tepat waktu. ”Kami selalu bekerja sama dengan kontraktor lokal dan pekerja lokal, termasuk menggunakan material lokal dengan proporsi 35 persen,” kata Li.
Wakil Presiden China Communication Construction Company Limited, perusahaan konstruksi China yang telah bekerja di 150 negara, Peng Dapeng mengatakan, saat ini beberapa proyek yang sedang dikerjakan adalah proyek Tol Binjai-Kualanamu yang bulan lalu bisa terbebaskan seluruh lahannya.
Proyek yang biasanya berjalan dua tahun itu harus berjalan selama tujuh tahun akibat problem pembebasan lahan. Proyek lain yang sedang berjalan adalah pembangunan Tol Solo-Kertosono yang berlangsung sejak 2016 dan beberapa pelabuhan di Indonesia timur termasuk di Bitung. Selain itu, Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, dan jalur kereta di Sumatera.