PT Timah Gandeng Yunnan Tin Kejar Nilai Tambah Hasil Produksi
Oleh
KRIS R MADA
·3 menit baca
PANGKAL PINANG, KOMPAS — PT Timah Tbk menggandeng perusahaan tambang asal China, Yunnan Tin, untuk mengejar peningkatan nilai tambah hasil produksi dan mengamankan pasar produknya melalui kerja sama tersebut.
Direktur Utama PT Timah Tbk Riza Pahlevi mengatakan, kedua perusahaan adalah pemain utama pasar timah global. Yunnan Tin berada di peringkat pertama, PT Timah Tbk di peringkat ketiga dalam daftar produsen timah global. ”Kerja sama ini jadi menarik,” ujarnya, Sabtu (23/9) malam, di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Kerja sama itu menyangkut pemrosesan lanjutan timah, khususnya untuk industri kimia timah, pengembangan usaha, dan pemanfaatan sumber daya timah. Aspek-aspek kerja sama itu dibutuhkan PT Timah Tbk yang sedang berusaha memoles kinerjanya.
Perseroan berupaya mengembangkan teknologi penambangan dan pengolah timah. Upaya itu dibutuhkan agar pasokan bahan baku dan produksi tetap konsisten. ”Salah satu faktor penunjang kinerja kami melesat semester lalu adalah penemuan sumber cadangan baru, peningkatan produksi, dan perbaikan manajemen kemitraan,” ujarnya.
Kerja sama dengan Yunnan Tin, lanjut Riza, juga penting karena ada prediksi pasar timah global dibayangi ketidakpastian. Dalam pertemuan produsen timah di China pada 12-15 September, para produsen menyoroti soal potensi gejolak bursa akibat keputusan China yang kini merupakan konsumen timah terbesar dunia.
Para produsen terus mengamati dampak pembatalan bea keluar untuk timah olahan China. Pemerintah China juga mempertimbangkan izin perdagangan konsentrat timah. Kebijakan-kebijakan China diprediksi akan berdampak pada produksi logam. Dengan status sebagai konsumen timah terbesar dunia, dinamika pasar China akan berdampak pada pasar global.
Manajemen PT Timah Tbk tidak ingin kondisi itu berdampak negatif pada perseroan. Apalagi, semester lalu, perseroan mencatat kinerja positif dengan membukukan keuntungan Rp 150 miliar. Padahal, badan usaha milik negara di bidang pertambangan itu mencatatkan kerugian Rp 32,88 miliar pada semester I-2016.
Peningkatan laba semester I-2017 tidak lepas dari peningkatan kinerja operasional dan finansial. Sepanjang semester I-2017, PT Timah Tbk menjual 14.404 metrik ton logam timah. Sementara pada semester I-2016, perseroan hanya menjual 11.682 metrik ton logam timah. ”Kinerja finansial perseroan juga bagus,” ujarnya.
Sepanjang enam bulan pertama 2017, PT Timah Tbk mencatatkan pendapatan Rp 4,3 triliun. Pendapatan itu lebih tinggi 53,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 saat perseroan membukukan pendapatan Rp 2,8 triliun.
Sejauh ini, PT Timah Tbk sudah menghabiskan belanja modal Rp 675 miliar sepanjang semester I-2017. Dana itu antara lain dipakai untuk perbaikan dan pergantian alat produksi Rp 323 miliar, peningkatan kapasitas Rp 279 miliar, dan belanja sarana pendukung sebesar Rp 52 miliar.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Timah Tbk Alwin Albar mengatakan, perseroan baru membuat langkah penting untuk perbaikan kinerja. BUMN itu secara bertahap mengurangi produksi listrik sendiri dan beralih ke listrik PLN. ”Lewat kerja sama ini, kami bisa menghemat ongkos pengadaan listrik,” ucapnya.
Setiap bulan, perseroan menghabiskan hingga Rp 1 miliar untuk menghasilkan listrik sendiri. Setelah kerja sama dengan PLN, produksi listrik internal PT Timah Tbk akan dipangkas. Selain itu, PT Timah Tbk tidak perlu mengurus pengadaan dan perawatan peralatan.